Sebagai bagian dari proyek perluasan masjid Nabawi di Kota Madinah,
banyak pihak mengkhawatirkan pemerintah Arab Saudi bakal menghancurkan
makam Nabi Muhammad. Pusara Rasulullah itu terletak di dalam masjid
paling suci kedua setelah Masjid Al-Haram di Kota Makkah.
Dr Irfan al-Alawi dari Yayasan Riset Wawasan Islam menuding diamnya kaum muslim atas rencana itu sebagai bencana sekaligus sikap berpura-pura. "Film tentang Nabi Muhammad baru-baru ini mengakibatkan protes (kaum muslim) di seantero jagat, namun penghancuran tempat kelahiran nabi, tempat dia salat, dan menegakkan Islam malah dibiarkan tanpa kecaman," katanya, seperti dilansir surat kabar the Independent, Selasa (30/10).
Dia mengakui perluasan Masjid Nabawi memang diperlukan, tapi rencana pemerintah Negeri Dua Kota Suci itu sungguh mencemaskan. Menurut Alawi, perluasan itu sebagian besar dilakukan di sebelah barat masjid, di mana di situ terdapat makam Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Karena itu, dia takut tiga makam ini juga bakal lenyap.
Dalam dua dekade terakhir, the Gulf Institute yang berpusat di Ibu Kota Washington D.C., Amerika Serikat, mencatat Riyadh telah melumatkan 95 persen dari seluruh bangunan berusia lebih dari seribu tahun di Makkah dan Madinah. Perluasan Masjid Al-Haram juga mengundang protes dan kecaman pelbagai pihak. Di sekitar Kabah kini bermunculan pelbagai pusat belanja, hotel, dan gedung jangkung.
Di sana kini terdapat komplkes Jabal Umar, terdiri dari apartemen, hotel, dan menara jam tertinggi sejagat. Buat mewujudkan proyek ini, Saudi membuldoser benteng Ajyad dibangun di masa kekhalifahan Usmaniyah. Rumah nabi juga berubah menjadi perpustakaan dan kediaman istri pertamanya, Khadijah, sekarang menjadi toilet.
Saudi beralasan perluasan itu buat menampung jamaah umrah dan haji kian membludak. Pada 2025, diperkirakan bakal tumplek 17 juta jamaah haji. Termasuk perluasan Masjid Nabawi - bakal dimulai bulan depan - nantinya bisa menampung sekitar 1,6 juta jemaah.
Hingga berita ini dilansir, Riyadh belum bisa dimintai komentar soal rencana penghancuran makam Nabi itu.
Lima tahun lalu, beredar selebaran dari Kementerian Urusan Islam Saudi atas rekomendasi Mufti Agung Saudi Abdul Aziz al-Syekh. Isinya mendesak penghancuran makam Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Umar. Seruan ini disokong para ulama Wahabi, sekte terbesar di Saudi, termasuk Syekh Ibnu al-Uthaymin.
Dr Irfan al-Alawi dari Yayasan Riset Wawasan Islam menuding diamnya kaum muslim atas rencana itu sebagai bencana sekaligus sikap berpura-pura. "Film tentang Nabi Muhammad baru-baru ini mengakibatkan protes (kaum muslim) di seantero jagat, namun penghancuran tempat kelahiran nabi, tempat dia salat, dan menegakkan Islam malah dibiarkan tanpa kecaman," katanya, seperti dilansir surat kabar the Independent, Selasa (30/10).
Dia mengakui perluasan Masjid Nabawi memang diperlukan, tapi rencana pemerintah Negeri Dua Kota Suci itu sungguh mencemaskan. Menurut Alawi, perluasan itu sebagian besar dilakukan di sebelah barat masjid, di mana di situ terdapat makam Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Karena itu, dia takut tiga makam ini juga bakal lenyap.
Dalam dua dekade terakhir, the Gulf Institute yang berpusat di Ibu Kota Washington D.C., Amerika Serikat, mencatat Riyadh telah melumatkan 95 persen dari seluruh bangunan berusia lebih dari seribu tahun di Makkah dan Madinah. Perluasan Masjid Al-Haram juga mengundang protes dan kecaman pelbagai pihak. Di sekitar Kabah kini bermunculan pelbagai pusat belanja, hotel, dan gedung jangkung.
Di sana kini terdapat komplkes Jabal Umar, terdiri dari apartemen, hotel, dan menara jam tertinggi sejagat. Buat mewujudkan proyek ini, Saudi membuldoser benteng Ajyad dibangun di masa kekhalifahan Usmaniyah. Rumah nabi juga berubah menjadi perpustakaan dan kediaman istri pertamanya, Khadijah, sekarang menjadi toilet.
Saudi beralasan perluasan itu buat menampung jamaah umrah dan haji kian membludak. Pada 2025, diperkirakan bakal tumplek 17 juta jamaah haji. Termasuk perluasan Masjid Nabawi - bakal dimulai bulan depan - nantinya bisa menampung sekitar 1,6 juta jemaah.
Hingga berita ini dilansir, Riyadh belum bisa dimintai komentar soal rencana penghancuran makam Nabi itu.
Lima tahun lalu, beredar selebaran dari Kementerian Urusan Islam Saudi atas rekomendasi Mufti Agung Saudi Abdul Aziz al-Syekh. Isinya mendesak penghancuran makam Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan Umar. Seruan ini disokong para ulama Wahabi, sekte terbesar di Saudi, termasuk Syekh Ibnu al-Uthaymin.
[fas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar