Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Kemenpan-RB) mengklaim, sistem nilai ambang batas (passing grade)
membuat seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) semakin ketat. Selain
itu, karena memakai standarisasi nasional, kecurangan diklaim makin
minim.
Dari 148.259 peserta seleksi bulan lalu, hanya 44.216 yang dinyatakan lolos dan memenuhi passing grade. Kemudian, dari 11.460 formasi yang disediakan, yang memenuhi dan diterima hanya 9.821 orang. Dengan kata lain, hanya 84,3 persen dari kebutuhan yang ada.
Menteri PAN-RB Azwar Abubakar menilai, pihaknya akan mempertahankan mutu dan kualitas soal yang diuji. Kebocoran soal juga diklaim tidak terjadi lagi.
"Dari kepolisian mengawal soal sampai percetakan, soal ujian dibuat oleh 10 perguruan tinggi dan dibikin tidak sesulit ujian masuk perguruan tinggi," ungkapnya saat ditemui di kantornya, Selasa (23/10).
Selain pelaksanaan serentak di daerah, sistem penerimaan CPNS akan mengedepankan nilai standar yang berbeda-beda untuk tiga hal. Mulai dari karakteristik pribadi, intelegensia umum, dan wawasan kebangsaan. Meski nilai kemampuan umumnya bagus, tapi ambang batas karakter pribadi kurang mencukupi, maka peserta tetap dinyatakan tidak lulus.
Penerapan ambang batas diakui cukup rumit. Namun Azwar menegaskan, seleksi tahun depan akan menggunakan formula dan sistem yang sama. "Sekarang saya tanya, apa mau kembali ke model seleksi dulu yang tergantung daerah masing-masing, yang kontra saja memilih jalan terus (dengan sistem baru)," ujarnya.
Dari pelaksanaan penerimaan CPNS lalu, Kemenpan juga mengklaim tingkat kecurangan sangat rendah. Berdasarkan laporan Indonesian Corruption Watch selama tes serentak di 33 Provinsi sebulan lalu, terdapat 60 pelanggaran.
Azwar menyatakan dari daftar yang ditemukan ICW, tidak ada pelanggaran serius seperti pembocoran soal. Paling parah hanya praktik perjokian dan suap oknum yang mengaku bisa meloloskan calon tanpa perlu serius mengikuti ujian.
"Itu yang saya dengar di Maluku ada satu. Kalau ada kecurangan (berat) saya berani jamin tidak terjadi," ungkapnya.
Dari 148.259 peserta seleksi bulan lalu, hanya 44.216 yang dinyatakan lolos dan memenuhi passing grade. Kemudian, dari 11.460 formasi yang disediakan, yang memenuhi dan diterima hanya 9.821 orang. Dengan kata lain, hanya 84,3 persen dari kebutuhan yang ada.
Menteri PAN-RB Azwar Abubakar menilai, pihaknya akan mempertahankan mutu dan kualitas soal yang diuji. Kebocoran soal juga diklaim tidak terjadi lagi.
"Dari kepolisian mengawal soal sampai percetakan, soal ujian dibuat oleh 10 perguruan tinggi dan dibikin tidak sesulit ujian masuk perguruan tinggi," ungkapnya saat ditemui di kantornya, Selasa (23/10).
Selain pelaksanaan serentak di daerah, sistem penerimaan CPNS akan mengedepankan nilai standar yang berbeda-beda untuk tiga hal. Mulai dari karakteristik pribadi, intelegensia umum, dan wawasan kebangsaan. Meski nilai kemampuan umumnya bagus, tapi ambang batas karakter pribadi kurang mencukupi, maka peserta tetap dinyatakan tidak lulus.
Penerapan ambang batas diakui cukup rumit. Namun Azwar menegaskan, seleksi tahun depan akan menggunakan formula dan sistem yang sama. "Sekarang saya tanya, apa mau kembali ke model seleksi dulu yang tergantung daerah masing-masing, yang kontra saja memilih jalan terus (dengan sistem baru)," ujarnya.
Dari pelaksanaan penerimaan CPNS lalu, Kemenpan juga mengklaim tingkat kecurangan sangat rendah. Berdasarkan laporan Indonesian Corruption Watch selama tes serentak di 33 Provinsi sebulan lalu, terdapat 60 pelanggaran.
Azwar menyatakan dari daftar yang ditemukan ICW, tidak ada pelanggaran serius seperti pembocoran soal. Paling parah hanya praktik perjokian dan suap oknum yang mengaku bisa meloloskan calon tanpa perlu serius mengikuti ujian.
"Itu yang saya dengar di Maluku ada satu. Kalau ada kecurangan (berat) saya berani jamin tidak terjadi," ungkapnya.
[noe]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar