Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Jakarta, Bagi sebagian orang yang tidak pernah merasa
bahagia di tempat kerjanya, akhir pekan sering dijadikan pelampiasan
untuk hura-hura. Padahal masalahnya mungkin hanya sepele, bisa jadi
hanya karena ada kursi di meja kerjanya. Kok bisa?
Adanya kursi yang nyaman di tempat kerja membuat para karyawan, menghabiskan berjam-jam waktunya di kantor dengan duduk di depan komputer. Secara fisik, hal itu banyak dikaitkan dengan risiko nyeri punggung bawah maupun yang lebih serius yakni sakit jantung.
Bukan hanya secara fisik, pengaruh terlalu banyak duduk juga bisa dirasakan secara psikologis. Kualitas hidup yang menurun karena kesehatannya tidak terjaga membuat para karyawan hidupnya tidak bahagia, mudah stres dan harus menunggu akhir pekan hanya agar bisa menikmati hidup.
Bahkan meski sudah diimbangi dengan olahraga, duduk yang terlalu lama tetap memberikan dampak buruk bagi kesehatan jasmani dan rohani. Bukan berarti sia-sia dan sebaiknya tidak usah olahraga, tetapi lamanya waktu yang dihabiskan untuk duduklah yang harus dikurangi.
Nicolaas Pronk dari HealthPartners baru-baru ini melakukan eksperimen untuk membuktikan hal itu. Ia merancang meja kerja yang dirancang khusus sehingga bisa disesuaikan dengan selera karyawan, apakah ingin bekerja sambil duduk di kursi atau sambil berdiri.
Sebanyak 34 partisipan dilibatkan dalam eksperimen ini, masing-masing dibekali ponsel agar sewaktu-waktu bisa dihubungi. Hingga kurun waktu 7 pekan, tim peneliti menelepon para partisipan secara acak sebanyak 3 kali untuk menanyakan apakah sedang bekerja sambil duduk atau berdiri.
Dalam kurun waktu tersebut, mayoritas partisipan memilih bekerja sambil berdiri alias tanpa kursi. Sebanyak 24 partisipan meninggalkan kursi dan memilih bekerja sambil berdiri, sedangkan sisanya 10 orang tetap bertahan dengan pola lama yakni duduk di kursi.
"Orang-orang jadi lebih bahagia. Mereka merasa lebih percaya diri. Mereka jadi lebih produktif. Secara umum, umpan baliknya sangat positif," kata Pronk yang mempublikasikan hasil penelitian ini di jurnal Preventing Chronic Disease, seperti dikutip dari NBC News, Minggu (14/10/2012).
Setelah menjauhkan kursi dari meja kerjanya masing-masing, para partisipan ini mengalami peningkatan kualitas hidup sebagai berikut:
- 87 persen lebih nyaman
- 87 persen lebih bersemangat
- 75 persen lebih sehat
- 71 persen lebih fokus
- 66 persen lebih produktif
- 62 persen lebih bahagia
- 33 persen lebih jarang stres.
Meja khusus yang bisa dipakai tanpa menggunakan kursi tersebut tidak membuat para karyawan berdiri sepanjang hari. Sesekali kalau lelah juga tetap duduk, tetapi waktu yang dihabiskan di kursi bisa dikurangi hingga rata-rata 1 jam lebih sedikit setiap harinya.
Selisih yang tidak terlalu banyak itu diyakini tidak mengurangi risiko nyeri punggung bawah secara signifikan. Namun menurut Pronk, memperbanyak waktu untuk berdiri selama di kantor sudah cukup lumayan untuk mengurangi risiko nyeri punggung atas dan juga nyeri leher.
(up/ir)
Adanya kursi yang nyaman di tempat kerja membuat para karyawan, menghabiskan berjam-jam waktunya di kantor dengan duduk di depan komputer. Secara fisik, hal itu banyak dikaitkan dengan risiko nyeri punggung bawah maupun yang lebih serius yakni sakit jantung.
Bukan hanya secara fisik, pengaruh terlalu banyak duduk juga bisa dirasakan secara psikologis. Kualitas hidup yang menurun karena kesehatannya tidak terjaga membuat para karyawan hidupnya tidak bahagia, mudah stres dan harus menunggu akhir pekan hanya agar bisa menikmati hidup.
Bahkan meski sudah diimbangi dengan olahraga, duduk yang terlalu lama tetap memberikan dampak buruk bagi kesehatan jasmani dan rohani. Bukan berarti sia-sia dan sebaiknya tidak usah olahraga, tetapi lamanya waktu yang dihabiskan untuk duduklah yang harus dikurangi.
Nicolaas Pronk dari HealthPartners baru-baru ini melakukan eksperimen untuk membuktikan hal itu. Ia merancang meja kerja yang dirancang khusus sehingga bisa disesuaikan dengan selera karyawan, apakah ingin bekerja sambil duduk di kursi atau sambil berdiri.
Sebanyak 34 partisipan dilibatkan dalam eksperimen ini, masing-masing dibekali ponsel agar sewaktu-waktu bisa dihubungi. Hingga kurun waktu 7 pekan, tim peneliti menelepon para partisipan secara acak sebanyak 3 kali untuk menanyakan apakah sedang bekerja sambil duduk atau berdiri.
Dalam kurun waktu tersebut, mayoritas partisipan memilih bekerja sambil berdiri alias tanpa kursi. Sebanyak 24 partisipan meninggalkan kursi dan memilih bekerja sambil berdiri, sedangkan sisanya 10 orang tetap bertahan dengan pola lama yakni duduk di kursi.
"Orang-orang jadi lebih bahagia. Mereka merasa lebih percaya diri. Mereka jadi lebih produktif. Secara umum, umpan baliknya sangat positif," kata Pronk yang mempublikasikan hasil penelitian ini di jurnal Preventing Chronic Disease, seperti dikutip dari NBC News, Minggu (14/10/2012).
Setelah menjauhkan kursi dari meja kerjanya masing-masing, para partisipan ini mengalami peningkatan kualitas hidup sebagai berikut:
- 87 persen lebih nyaman
- 87 persen lebih bersemangat
- 75 persen lebih sehat
- 71 persen lebih fokus
- 66 persen lebih produktif
- 62 persen lebih bahagia
- 33 persen lebih jarang stres.
Meja khusus yang bisa dipakai tanpa menggunakan kursi tersebut tidak membuat para karyawan berdiri sepanjang hari. Sesekali kalau lelah juga tetap duduk, tetapi waktu yang dihabiskan di kursi bisa dikurangi hingga rata-rata 1 jam lebih sedikit setiap harinya.
Selisih yang tidak terlalu banyak itu diyakini tidak mengurangi risiko nyeri punggung bawah secara signifikan. Namun menurut Pronk, memperbanyak waktu untuk berdiri selama di kantor sudah cukup lumayan untuk mengurangi risiko nyeri punggung atas dan juga nyeri leher.
(up/ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar