Presiden Soeharto tak menyukai kebijakan politik pendahulunya,
Presiden Soekarno. Tak ada kebijakan politik Soekarno yang dilanjutkan
Soeharto. Soeharto membuka hubungan dengan Amerika Serikat dan Blok
Barat yang sangat dimusuhi Soekarno. Dia juga memutus hubungan dengan
Rusia dan negara komunis yang merupakan sekutu RI di era Soekarno.
Kebijakan politik seperti Nasionalis Agama dan Komunis (Nasakom) atau Manifesto politik/Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia (Manipol-Usdek) yang merupakan kebanggan Soekarno dibuang jauh-jauh.
Tapi ada satu hal yang dilakukan Soekarno dan terus dilanjutkan Soeharto. Meneruskan Sumpah Pemuda untuk kepentingan politik.
"Soeharto membenci Soekarno, sehingga kebijakan politik Soekarno tidak dilanjutkan. Tapi Sumpah Pemuda tetap dijakdikan landasan konsenstris untuk kepentingan politik," kata Sejarawan JJ Rizal saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (28/10).
Di tangan Soeharto, Sumpah Pemuda menjadi alat pemersatu ala penguasa Orde Baru. Satu Tanah Air, Satu Bangsa dan Satu Bahasa menjadi alasan Soeharto untuk meniadakan kritik, pluralisme dan mengharamkan perbedaan pendapat. Semua diseragamkan atas nama Sumpah Pemuda dan persatuan bangsa.
"Dampak Sumpak Pemuda menjadi destruktif atau merusak. Menjadi sangat sensitif karena digunakan untuk kepentingan politik," kritik sejarawan muda ini.
Rizal membandingkan Soekarno dan Soeharto. Kala itu, Soekarno justru yang merekayasa teks Sumpah Pemuda. Dia juga menggunakan Sumpah Pemuda untuk menekan para pemberontak yang ingin memisahkan diri dari Republik Indonesia. Tindakan Soekarno ini masih bisa dibenarkan karena digunakan untuk menyelamatkan Republik yang masih bayi dari ancaman terbelah-belah.
"Sangat berbeda apa yang dilakukan Soekarno dan Soeharto. Yang dilakukan Soekarno bisa dikatakan untuk menyelamatkan negara dari separatis. Tapi Soeharto menggunakannya untuk politik dan kekuasaan. Padahal tidak ada perang, atau pemberontakan," kata Rizal.
Maka jargon seperti ini lazim ditemui setiap peringatan Sumpah Pemuda. Berikut adalah tema yang dikeluarkan Sekretariat Negara tahun 1981.
"Dengan semangat Sumpah Pemuda kita tingkatkan disiplin dan kualitas pemuda Indonesia untuk memantapkan kerangka pembangunan Nasional sebagai pengamalan Pancasila."
"'Memantapkan' adalah kata khas Orde Baru. Artinya adalah 'membuat jadi stabil'. Kata ini juga menggambarkan konservatif ala Orde Baru yang makin terasa di periode 1980an." Demikian ditulis Keith Foulcher, dalam buku Sumpah Pemuda, Makna dan Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan yang diterbitkan Komunitas Bambu.
Yang terjadi belakangan adalah Sumpah Pemuda gaya Soeharto menjadi olok-olok mahasiswa. Penyeragaman dan pembungkaman atas nama Sumpah Pemuda, didobrak saat Soeharto tumbang. Mahasiswa pun memperbaharui sumpah mereka. Plesetan dari Sumpah Pemuda dengan nada heroik.
Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah :
Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan
Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan
Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan
Kebijakan politik seperti Nasionalis Agama dan Komunis (Nasakom) atau Manifesto politik/Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia (Manipol-Usdek) yang merupakan kebanggan Soekarno dibuang jauh-jauh.
Tapi ada satu hal yang dilakukan Soekarno dan terus dilanjutkan Soeharto. Meneruskan Sumpah Pemuda untuk kepentingan politik.
"Soeharto membenci Soekarno, sehingga kebijakan politik Soekarno tidak dilanjutkan. Tapi Sumpah Pemuda tetap dijakdikan landasan konsenstris untuk kepentingan politik," kata Sejarawan JJ Rizal saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (28/10).
Di tangan Soeharto, Sumpah Pemuda menjadi alat pemersatu ala penguasa Orde Baru. Satu Tanah Air, Satu Bangsa dan Satu Bahasa menjadi alasan Soeharto untuk meniadakan kritik, pluralisme dan mengharamkan perbedaan pendapat. Semua diseragamkan atas nama Sumpah Pemuda dan persatuan bangsa.
"Dampak Sumpak Pemuda menjadi destruktif atau merusak. Menjadi sangat sensitif karena digunakan untuk kepentingan politik," kritik sejarawan muda ini.
Rizal membandingkan Soekarno dan Soeharto. Kala itu, Soekarno justru yang merekayasa teks Sumpah Pemuda. Dia juga menggunakan Sumpah Pemuda untuk menekan para pemberontak yang ingin memisahkan diri dari Republik Indonesia. Tindakan Soekarno ini masih bisa dibenarkan karena digunakan untuk menyelamatkan Republik yang masih bayi dari ancaman terbelah-belah.
"Sangat berbeda apa yang dilakukan Soekarno dan Soeharto. Yang dilakukan Soekarno bisa dikatakan untuk menyelamatkan negara dari separatis. Tapi Soeharto menggunakannya untuk politik dan kekuasaan. Padahal tidak ada perang, atau pemberontakan," kata Rizal.
Maka jargon seperti ini lazim ditemui setiap peringatan Sumpah Pemuda. Berikut adalah tema yang dikeluarkan Sekretariat Negara tahun 1981.
"Dengan semangat Sumpah Pemuda kita tingkatkan disiplin dan kualitas pemuda Indonesia untuk memantapkan kerangka pembangunan Nasional sebagai pengamalan Pancasila."
"'Memantapkan' adalah kata khas Orde Baru. Artinya adalah 'membuat jadi stabil'. Kata ini juga menggambarkan konservatif ala Orde Baru yang makin terasa di periode 1980an." Demikian ditulis Keith Foulcher, dalam buku Sumpah Pemuda, Makna dan Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan yang diterbitkan Komunitas Bambu.
Yang terjadi belakangan adalah Sumpah Pemuda gaya Soeharto menjadi olok-olok mahasiswa. Penyeragaman dan pembungkaman atas nama Sumpah Pemuda, didobrak saat Soeharto tumbang. Mahasiswa pun memperbaharui sumpah mereka. Plesetan dari Sumpah Pemuda dengan nada heroik.
Kami Mahasiswa Indonesia Bersumpah :
Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan
Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan
Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan
[ian]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar