BELAJAR
DI LUAR KELAS. Sejumlah siswa SD Pasanggrahan 2, Kabupaten Tangerang,
terpaksa belajar di luar kelas, Senin (14/1), karena ruang kelas mereka
ambruk terkena hujan dan angin pada hari minggu lalu. FOTO : Eky Fajrin/
Satelit News
JAKARTA - Sampai saat ini
pemerintah belum bisa mengatasi kekurangan guru PNS untuk sekolah dasar
(SD). Persoalan semakin besar, karena Indonesia bakal menghadapi bom
pensiun guru SD tiga tahun berturut-turut.
Prediksi bakal terjadi bom pensiun guru SD ini dipaparkan oleh Ketua
Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistyo
di Jakarta kemarin (14/1). Dia mengatakan, bom pensiun guru SD ini
bakal terjadi tiga tahun berturut-turut. Yakni pada 2015, 2016, dan 2017
mendatang.
"Antisipasinya tentu harus dipikirkan dari sekarang," katanya. Pada tiga
tahun ini, Sulistyo memperkirakan guru SD yang pensiun bisa mencapai
setengah hingga satu juta jiwa lebih.
Khusus di tempat kelahirannya, Jawa Tengah, perkiraan pensiun
besar-besaran itu mencapai 100 ribu hingga 200 ribu guru SD per tahun.
Keberadaan bom pensiun guru SD ini tidak lepas dari siklus pensiun PNS.
Sebagaimana diketahui, rata-rata umur pensiun guru PNS adalah 60 tahun.
Sulistyo mengatakan pada pertengahan dekade 70-an silam pemerintah
sedang giat-giatnya membangun sektor pendidikan. "Program ini terkenal
dengan istilah SD Inpres," kata dia.
Sulistyo mengatakan kala itu pemerintahan yang dipimpin Soeharto sedang
gencar-gencarnya membangun SD-SD Inpres di seluruh Indonesia. Setelah
SD-SD Inpres tadi selesai dibangun, ternyata persoalan yang muncul
adalah sediktinya jumlah guru.
Akhirnya siapa pun yang mau jadi guru, langsung jadi PNS kala itu.
"Syaratnya hanya dilatih sebentar," kata dia. Nah, rekrutmen masal guru
PNS SD pada masa SD Inpres itu diperkirakan mulai pensiun pada 2015,
2016, dan 2017.
Sulistyo berharap pemerintah tidak melanjutkan lagi program moratorium
penerimaan CPNS baru secara ketat. Dia mengatakan kegagalan pemerintah
memenuhi jumlah guru SD PNS tahun lalu disebabkan karena program
moratorium yang tidak berjalan rapi.
Dalam pernyataannya memang pemerintah menyebutkan formasi guru bebas
dari moratorium rekrutmen pegawai baru. Tetapi pada kenyataannya, masih
banyak SD di daerah-daerah yang kekurangan guru PNS SD.
Dampak dari kekurangan guru PNS SD sangat luar biasa. Yakni kepala
sekolah dengan gampang merekrut guru-guru SD honorer. Kondisi ini sangat
merugikan negara di kemudian hari. Sebab guru-guru honorer ini selalu
minta diangkat langsung menjadi CPNS oleh pemerintah karena merasa sudah
mengabdi lama.
Sulistyo tidak ingin kekurangan guru terus terjadi ketika Indonesia bom
bom pensiun guru PNS SD. Dia berharap mulai tahun ini atau mentok-mentok
pada 2014 nanti, pemerintah menyiapkan pengganti guru-guru yang masuk
gerbong pensiun massal itu. (wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar