Islam dan Ilmu Peternakan
Oleh: Dr. Rusfidra, S.Pt
(Seorang Muslim yang Belajar Ilmu Peternakan)
"Dan
sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat pelajaran yang penting
bagi kamu. Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada di dalam
perutnya,dan (juga) pada binatang itu terdapat manfaat yang banyak untuk kamu, dan sebagian dari padanya kamu makan". (QS. Al Mukminun: 21)
Mahasuci
Allah yang telah menciptakan beraneka macam hewan ternak dan beragam
produk ternak yang sangat bermanfaat bagi manusia. Jika kita perhatikan
makna yang tersirat dalam kutipan surat Al Mukminuun ayat 21 dapat
dilihat betapa pentingnya peran hewan ternak dalam kehidupan manusia.
Betapa tidak, produk utama ternak (susu, daging, telur dan madu)
merupakan bahan pangan hewani yang memiliki gizi tinggi dan dibutuhkan
manusia untuk hidup sehat, cerdas, kreatif dan produktif. Selain itu,
ternak merupakan sumber pendapatan, sebagai tabungan hidup, tenaga kerja
pengolah lahan, alat transportasi, penghasil biogas, pupuk organik dan
sebagai hewan kesayangan.
Oleh
karena itu, tak heran bila Profesor I.K. Han, Guru Besar Ilmu Produksi
Ternak Universitas Nasional Seoul (1999) menyebutkan pentingnya peran
ternak dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Selain itu, ternak juga
bermanfaat dalam ritual keagamaan, seperti dalam pelaksanaan ibadah
qurban, menunaikan zakat (zakat binatang ternak) dan sebagai dam pada
saat melakukan ibadah haji.
Islam dan Ilmu Peternakan
Ilmu
peternakan merupakan ilmu terapan yang disebut secara eksplisit di
dalam Al Quran. Bahkan beberapa nama hewan ternak dijadikan sebagai nama
surat di dalam Al Quran, misalnya sapi betina (Al Baqarah), hewan
ternak (Al An'am), dan ternak lebah (An Nahl). Banyak ayat Al Quran yang
secara eksplisit menyebut nama-nama hewan ternak, misalnya ternak sapi
(QS. 2: 67-71, 73; QS Yusuf: 43), unta (QS. Al An'am:144; Al Hajj: 27,
37; QS. Al Ghasiyah:17), domba (QS. Al An'am:143, 146; QS. An Nahl: 80),
kambing (QS. Al An'am: 143, An Nahl: 78, Shad: 23-24), unggas (QS. 2:
260; 3: 49; 5: 110; 6: 38; 16: 79; 23: 41; 27: 16; 67: 19), kuda (QS. 3:
14; 8: 60; 16: 8; 38: 31; 100: 1) dan lebah (QS. 16: 68-69). Bahkan
ternak telah lama akrab dalam kehidupan kaum Muslimin, baik dalam
pelaksanaan ibadah (zakat, kurban) maupun manfaatnya yang multi guna
dalam kehidupan.
Hewan
ternak merupakan sumber pelajaran yang penting di alam karena terdapat
banyak hikmah dalam penciptaannya. Lihatlah bagaimana Allah memberikan
kemampuan pada ternak ruminansia (sapi, kambing, domba dan kerbau) yang
mampu mengubah rumput (hijauan) menjadi daging dan susu. Atau kemampuan
yang dimiliki lebah madu dalam mengubah cairan nektar tanaman menjadi
madu yang bermanfaat dan berkhasiat obat bagi manusia (QS. An Nahl [16]:
68-69). Sedemikian besarnya peran usaha peternakan dalam kehidupan,
maka sudah pada tempatnya sub sektor ini mendapat perhatian kaum
Muslimin, termasuk melakukan penelitian dan pengembangan produk
peternakan yang bersumber pada Al Quran dan Al Hadis.
Peternak, Bukanlah Profesi Hina!
"Semua Nabi pernah menggembala kambing", kata Rasulullah saw. dalam suatu perbincangan dengan para Sahabat. Seorang Sahabat bertanya, "Engkau sendiri bagaimana, ya Rasul?". "Aku pernah menggembala kambing,"
jawab Nabi. Dialog singkat tersebut mengisyaratkan bahwa menjadi
peternak (penggembala ternak) adalah profesi yang pernah dilakukan para
nabi. Bahkan, banyak penulis sirrah nabawi menjelaskan bahwa ketika
berusia muda, Nabi Muhammad saw. adalah seorang penggembala kambing yang
terampil. Beberapa riwayat menjelaskan, Nabi yang mulia itu sering
memerah susu ternak domba piaraannya untuk konsumsi keluarga beliau.
Profesi
sebagai peternak sapi juga pernah dilakukan Nabi Musa alaihissalam
selama delapan tahun, sebagai mahar atas pernikahannya dengan anak
perempuan Nabi Syuaib alaihissalam. Sebelumnya, Habil, putra nabi Adam
alaihissalam juga mengurbankan kambing unggul miliknya. Kurban Habil pun
diterima Allah swt.
Manfaat Protein Hewani
Di
samping pangan nabati, manusia juga memerlukan pangan hewani (daging,
susu dan telur) sebagai sumber protein untuk kecerdasan, menjaga
stamina, mempercepat regenerasi sel dan menjaga sel darah merah agar
tidak mudah pecah. Hingga kini konsumsi protein hewani penduduk
Indonesia sangat rendah. Pada tahun 2000, konsumsi daging unggas
penduduk Indonesia hanya 3,5 kg/kapita/tahun, sedangkan Malaysia (36,7
kg), Thailand (13,5 kg), Fhilipina (7,6 kg), Vietnam (4,6 kg) dan
Myanmar (4,2 kg) (Poultry International, 2003).
Konsumsi
telur di Indonesia juga rendah, hanya 2,7 kg/kapita/tahun, sedangkan
Malaysia 14,4 kg, Thailand 9,9 kg dan Filipina 6,2 kg.Begitupun konsumsi
susu masyarakat Indonesia hanya 7 kg/kapita/tahun, sedangkan Malaysia
mencapai 20 kg/kapita/tahun. Konsumsi madu masyarakat Indonesia hanya 15
gram/kapita/tahun, sedangkan masyarakat di negara maju (Jepang,
Perancis, Inggris dan AS) konsumsi madunnya telah mencapai 1600
gram/kapita/tahun.
Konsumsi
daging, telur dan susu yang rendah menyebabkan target konsumsi protein
hewani adalah 6 gram/kapita/hari belum tercapai. Padahal untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, rata-rata konsumsi protein
hewani yang ideal 26 gram/kapita/hari. Analisis paling akhir oleh Prof.
I.K Han, guru besar Ilmu Produksi Ternak Universitas Nasional Seoul,
Korea Selatan (1999) menyatakan adanya kaitan positif antara tingkat
konsumsi protein hewani dengan umur harapan hidup (UHH) dan pendapatan
perkapita. Semakin tinggi konsumsi protein hewani penduduk, makin tinggi
UHH dan pendapatan domestik brutto (PDB) negara tersebut.
Negara
Korea, Brazil, Cina, Fhilipina dan Afrika Selatan memiliki konsumsi
protein hewani 20-40 gram/kapita/hari, UHH penduduknya berkisar 65-75
tahun. AS, Prancis, Jepang, Kanada dan Inggris konsumsi protein hewani
masyarakatnya 50-80 gram/kapita/hari, UHH penduduknya 75-85 tahun.
Negara-negara yang konsumsi protein hewani di bawah 10 gram/kapita/hari
seperti Banglades, India dan Indonesia, UHH penduduknya berkisar 55-65
tahun.
Rendahnya
konsumsi protein hewani berdampak pada tingkat kecerdasan dan kualitas
hidup penduduk Indonesia. Asupan kalori-protein yang rendah pada anak
balita berpotensi menyebabkan terganggunya pertumbuhan, meningkatnya
risiko sakit, memengaruhi perkembangan mental, menurunkan performa
mereka di sekolah dan menurunkan produktivitas tenaga kerja setelah
dewasa.
Catatan Akhir
Negara Indonesia adalah negeri tropis yang sangat potensial dalam pengembangan sektor peternakan. Karena itu adalah pada tempatnya sub sektor peternakan mendapat perhatian kaum Muslimin di negeri ini.
Mengingat pentingnya protein hewani bagi segala lapisan usia, maka
konsumsi produk ternak semestinya dipacu menuju tingkat konsumsi ideal.
Protein hewani memiliki komposisi asam amino yang lengkap dan dibutuhkan
tubuh. Karena itu, konsumsi protein hewani harus dipacu untuk
mewujudkan SDM yang cerdas, kreatif, produktif dan sehat.
Untuk mengakhiri bahasan ini, mari kita renungkan sebuah pepatah Arab yang berbunyi: "Negeri yang kaya ternak, tidak pemah miskin, negeri yang miskin ternak, tidak pemah kaya" (Campbell dan Lasley, 1985). Ayo majukan sektor peternakan.
Ass.Wr.Wb. Terima kasih sampaikan kepada bapak Dr.Rusfidra , S.Pt, atas tulisannya , tulisan ini jadi pedoman saya dalam menyampaikan pencerahan kepada mahaiswa peternakan agar lebih termutivasi dalam menuntu ilmu yang terkait dengan dunia peternakan danlebih percayadiri bahwa orang bisa jadi mulia dengan beternak
BalasHapus