BAHAGIA:
Joko Widodo, calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3 di tempat
pemungutan suara (TPS) 31, Kebagusan, Jakarta Selatan, Kamis (20/9).
Foto; MUHAMAD ALI / JAWA POS
JAKARTA - Kemenangan Joko Widodo atas Fauzi Bowo
sekaligus mempermalukan partai-partai pendukung Foke. Enam partai besar
yang berjanji mengerahkan kadernya memilih Foke ternyata gagal
menghadang popularitas Jokowi.
"Mesin partai tidak beroperasi maksimal, termasuk mesin PKS yang selama
ini dikenal solid dan loyal. Pemilih menjatuhkan pilihan berdasarkan
pertimbangan pribadi, bukan instruksi partai," terang Wakil Direktur
Eksekutif Jaringan Suara Indonesia Fajar S. Tamin.
Fenomena tersebut bukan hal baru. Pada Pemilu 2004, Susilo Bambang
Yudyono yang hanya didukung Partai Demokrat yang ketika itu hanya partai
gurem berhasil memenangkan pemilu presiden.
"Dalam pilkada, mesin partai memang tidak cukup berperan. Pencitraan ke
masyarakat yang lebih penting. Sejauh ini, Jokowi mampu menghasilkan
pencitraan yang bagus," terangnya.
Hasil perhitungan jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia menunjukkan,
pemilih calon-calon lain di putaran pertama memilih Jokowi dibandingkan
Foke. Sementara, sekitar 30 persen kader PKS yang memilih Hidayat Nur
Wahid di putaran pertama, ternyata memilih Joko Widodo di putaran dua.
Hanya pemilih PPP yang konsisten, sekitar 80 persen, mengalihkan
dukungan ke Fauzi Bowo setelah calon yang diusungnya, Alex Nurdin, gagal
melaju ke putaran dua.
"Kenapa PKS lebih membangkang" Meski sama-sama berbasis Islam dan
Betawi, tapi juga karena faktor tingkat pendidikan. Ini yang menjelaskan
PKS masih bocor ke Jokowi. Jangankan Foke, Hidayat Nur Wahid saja tidak
100 persen dipilih PKS," kata Direktur Eksekutif Komunikasi Lembaga
Survei Indonesia (LSI), Burhanudin Muhtadi.
Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro, menilai
kekalahan Fauzi Bowo menunjukkan partai-partai pendukungnya tidak
benar-benar serius mengarahkan kadernya memilih Foke. Besar dugaan,
partai-partai tersebut tidak peduli apakah Foke menang atau kalah.
Siti Zuhro juga yakin partai-partai pendukung Foke tidak akan merecoki
kinerja Jokowi. Bahkan, partai-partai yang duduk di DPRD diyakini akan
berbalik menjadi pendukung Jokowi.
"Partai itu pragmatis. Tidak ada musuh atau kawan abadi dalam politik,
karena yang abadi dalam politik hanya kepentingan," terangnya.
Pendapat Siti tersebut merujuk pada kemenangan sejumlah calon kepala
daerah dari independen yang berhasil menenangkan pilkada. Misalnya,
Kabupaten Batubara di Sumatera Utara, Kubu Raya di Kalimantan Barat,
Garut di Jawa Barat, dan Rote Nda di Nusa Tenggara Timur. "Meski berasal
dari independen, bupatinya tidak diusik-usik DPRD," terangn Siti. (dim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar