Nama saya Maria. Saya memeluk Islam setahun yang lalu, 2011. Saya berasal dari Boulder, Colorado. Saya lahir di sini dan bersekolah di sini.
Kedua ibu bapak saya sebenarnya berasal dari Afrika Selatan. Mereka berimigrasi ke sini. Mereka berdua tidak menganut sembarang agama. Mereka tidak mempercayai adanya Tuhan.
Saya punya seorang saudara laki-laki. Dia sedang belajar musik di
Universitas Colorado. Dia menganut Katolik. Sebelum saya memeluk agama
Islam, saya tidak mempercayai akan keberadaan Tuhan.
Saya tidak punya keyakinan apapun. Saya besar seperti apa yang diajarkan oleh kedua orang tua saya. Maka saya tidak punya pegangan apapun. Saya tidak percaya dengan agama mana pun.
Saya tidak punya keyakinan apapun. Saya besar seperti apa yang diajarkan oleh kedua orang tua saya. Maka saya tidak punya pegangan apapun. Saya tidak percaya dengan agama mana pun.
Seandainya kami berbincang mengenai agama, kami mungkin
mengatakannya dari sudut negatif. Sebelumnya, saya tidak melihat agama
sebagai sesuatu yang baik. Saya pikir agama adalah sesuatu yang
mewujudkan problema, seperti perang dan sebagainya. Saya melihatnya
secara negatif.
►►►
Menemui Islam
Saya rasa saya mengetahui Islam kira-kira 2 atau 3 tahun yang lalu.
Saya berpacaran dengan seorang pria dari Pakistan. Itulah pertama kali
saya membuka diri untuk Islam. Saya menjadi terbuka untuk mempelajarinya
dan tidak berpikir secara negatif berkaitan dengannya.
Sebenarnya saya tidak mengetahui apa-apa mengenai Islam. Selepas
berbincang dengannya dan beberapa orang lain, saya mula mengumpulkan
fakta. Saya membeli sebuah Quran berbahasa Inggris dan mulai membacanya.
Ketika saya bertemu dengan tunangan saya, kami tidak banyak
berbincang mengenai agama. Saya tidak berpikir bahwa dia adalah seorang
muslim, atau seorang yang religius.
Saya hanya berpikir bahwa dia adalah seorang yang baik dan
penyayang. Dia merupakan salah seorang terbaik yang pernah saya temui
selama ini.
Dia memiliki karakter yang baik.
Dia begitu baik dengan semua orang. Dia tidak pernah menunjukkan
sikap buruk malah kepada orang yang tidak disenangi sekalipun. Dia akan
berbuat baik terhadap mereka. Dia tidak pernah melihat anda
berhadap-hadapan dan bersikap buruk pada anda.
Ketika saya mengingatinya, saya tidak pernah berpikir bahwa segala
kebaikan tersebut datang karena dia adalah seorang Muslim. Saya hanya
berpikir bahwa dia adalah seorang yang baik.
Semakin saya berpikir mengenainya semakin sadar bahwa segala sikap
baik itu sebenarnya datang dari Islam. Mungkin karena dia seorang
Muslim, dia menjadi seorang yang baik hati dan terbuka.
Alasan mengapa saya memilih Islam ialah ketika saya merasakan bahwa
Islam merupakan satu perkara yang benar buat saya karena saya
bertunangan dengan seorang dari Pakistan. Dia adalah tunangan saya dan
pada ketika itu saya bersekolah di Arizona, dia datang mengunjungi
saya.
Dia menyupir mobil dari Boulder ke Arizona untuk bertemu saya, dan
akhirnya dia menemui kematian dalam tabrakan di jalan. Inilah merupakan
pengalaman pertama saya menghadapi kematian.
Ia merupakan inspirasi untuk saya mendalami Islam karena saya tahu
bahwa ada sesuatu yang lebih baik untuknya dari sekadar kematian. Dia
tidak hanya mati, mesti ada sesuatu sebab di baliknya, ada sesuatu yang
lebih besar yang menguasai alam ini.
►►►
Dampak al-Quran
Saya membaca quran dan banyak buku, serta berbincang dengan banyak
orang. Saya teringat satu ketika saya membaca Quran, lebih kurang dua
bulan selepas kematiannya.
Saya membaca Quran, dan segalanya menjadi nyata bagi saya. Satu
momen dimana semuanya masuk akal, semua yang saya baca dan saya tahu
mengenai dirinya serta semua berkaitan hal ini. Saya sampai satu titik
bahwa saya mengetahui bahwa semuanya benar.
Saya kira itulah pertama kali saya mengucapkan syahadah sendirian.
Itulah pertama kali saya sendiri. Kemudian baru saya berbincang dengan
beberapa orang teman Muslim, mereka menasihati saya untuk ke Denver.
Saya bisa bertemu dengan seorang Syeikh di Denver yang perlu saya temui dan bercakap dengannya. Saya bertemu dengannya, dia memastikan bahwa saya memang berhasrat untuk memeluk agama Islam.
Bahwa saya tidak melakukannya untuk seseorang, bukan untuk tunangan
saya. Kami berbincang lama dan saya memberitahu kepadanya "Ya, saya
melakukan ini untuk diri saya sendiri". Saya mengucapkan syahadah di
hadapannya dan dua lagi teman saya sebagai saksi.
Saya tidak banyak berbicara mengenai perkara ini dengan kedua orang
tua saya karena saya tahu mereka tidak menaruh minat terhadap agama.
Untuk pertama kali saya begitu bersungguh-sungguh dan pada bulan
Ramadhan tahun lalu, saya berpuasa penuh sebulan.
Ini merupakan Ramadhan pertama buat saya, memang benar-benar sulit.
Tetapi saya berhasil melakukannya dan mereka kemudian menyadari
kesungguhan saya "Oh, dia benar-benar serius".
Seperti satu yang menakjubkan, mereka akan berkata "Wow, dia
benar-benar tidak makan sepanjang hari". Saya pikir itulah pertama kali
mereka menyadari bahwa saya benar-benar serius. Kami sebenarnya tidak
banyak bercakap berkaitan hal ini. Tetapi akhirnya mereka menerima
pilihan saya.
Saya kira, seandai saya tidak bertemu dengan tunangan saya, saya
mungkin tidak banyak belajar tentang Islam seperti sekarang, dan mungkin
saya tidak akan mengambil keputusan untuk memeluk agama Islam.
Melihat kebelakang terhadap apa yang berlaku, saya akan tetap
memeluk agama Islam setelah mempelajarinya. Mungkin saya, ia akan
mengambil waktu yang lebih lama tetapi kematiannyalah yang membuat
segala-galanya menjadi jelas karena saya tidak pernah mengalami
pengalaman pahit seperti itu.
Sebelum saya memeluk agama Islam, saya menjalani hidup dengan
berfoya-foya. Saya benar-benar berbeda. Selepas memeluk Islam, terasa
seperti saya lahir kembali, saya meninggalkan semua perbuatan buruk. Apa
yang saya lakukan di masa lalu sebelum saya memeluk agama Islam,
bukanlah mudah untuk dihapuskan tetapi ianya telah kehilangan nilai.
►►►
Keluarga dan Sahabat
Selepas menjadi seorang Muslim, saya memilih teman lain dari apa
yang saya miliki dulu. Mayoritas teman saya adalah Muslim. Kami akan ke
luar bersama, dan pada malam Jumat kami akan keluar menonton di bioskop,
atau pergi bermain. Saya kira adalah penting dengan siapa kita
berteman. Rekan-rekan saya banyak membantu untuk membuat perubahan.
Buat masa ini saya belum berpikir mengenai pernikahan. Saya akan
bertemu dengan orang yang benar, maka tak perlu merasa bimbang. Sudah
tentu saya akan menikah dengan seorang Muslim. Saya tidak ingin bertemu
atau berpacar dengan non Muslim.
Ibu bapak saya lebih menyenangi perilaku saya sesudah saya memeluk
agama Islam. Mereka tidak perlu bimbang dengan saya. Apakah saya akan
selamat atau perkara-perkara seperti itu. Mereka yakin bahwa saya tidak
akan melakukan sesuatu yang bodoh, maka mereka sebenarnya merasa lega
sesudah saya menjadi Muslim.
Ketika pertama kali memakai jilbab, memang sulit. Saat berada di
dalam kelas, saya merasakan semua orang memperhatikan saya. Sebenarnya
ada muslimah lain yang mengenakan jilbab.
Tetapi memandangkan saya satu-satunya orang Amerika yang mengenakan
jilbab…..tetapi sebenarnya saya merasa bangga. Saya merasa amat
menyenangkan. Saya merasakan jilbab telah menjadi bagian dari saya. Saya
merasa senang dengan diri saya karena mengenakan jilbab.
Saya tidak fikir ibu bapak saya merasa malu ketika kami ke luar
bersama. Saya pikir mereka juga bangga karena saya memakai jilbab.
Mereka mungkin saya berpikir bahwa dengan mengenakan jilbab, anda juga
bisa menjadi seorang yang bijak, dan anda masih tetap menjadi diri
anda.
Anda bebas dan anda bisa berpikir sendiri. Hanya karena anda
mengenakan jilbab tidak bermakna anda punya sesuatu negatif pada diri
anda. Mereka sebenarnya lebih menghormati anda karena anda mengenakan
jilbab. (IRIB/onislam.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar