Berdzikir atau
mengingat Allah bukanlah hanya di masjid atau tempat shalat. Berdzikir
pada Allah itu setiap saat bahkan sampai di tempat keramaian sekalipun
seperti pasar. Namun karena kesibukan dunia dan transaksi di pasar,
banyak yang lalai dari Allah. Ujung-ujungnya sampai terjerumus dalam
perkara yang haram karena merasa tidak ada yang mengawasinya setiap
saat.
Fadhilah Dzikir
Kita telah mengetahui bahwa dzikir adalah amalan yang amat utama. Di antara bentuk dzikir adalah menyebut asma’
dan sifat Allah, ditambah perenungan makna dan pengaplikasiannya. Di
samping itu, mengingat nikmat Allah juga termasuk bagian dari dzikir.
Begitu pula duduk di majelis ilmu untuk mengkaji hukum-hukum Allah juga
termasuk dzikir. Demikian macam-macam dzikir yang dijelaskan oleh Ibnul
Qayyim semacam dalam kitab beliau Al Wabilush Shoyyib dan Madarijus Salikin.
Di antara keutamaan dzikir sebagaimana disebutkan berikut ini:
(1) Dengan dzikir akan mengusir setan.
(2) Dzikir mudah mendatangkan ridho Ar Rahman.
(3) Dzikir dapat menghilangkan gelisah dan hati yang gundah gulana.
(4) Dzikir menguatkan hati dan badan.
(5) Dzikir menerangi hati dan wajah pun menjadi bersinar.
(6) Dzikir mudah mendatangkan rizki.
(7) Dzikir membuat orang yang berdzikir akan merasakan manisnya iman dan keceriaan.
(8) Hati dan ruh semakin kuat dengan dzikir. Jika
seseorang melupakan dzikir maka kondisinya sebagaimana badan yang hilang
kekuatan. Ibnul Qayyim rahimahullah menceritakan bahwa
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sesekali pernah shalat Shubuh dan beliau
duduk berdzikir pada Allah Ta’ala sampai beranjak siang. Setelah itu
beliau berpaling padaku dan berkata, “Ini adalah kebiasaanku di pagi
hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku” –atau
perkataan beliau yang semisal ini-.
(9) Senantiasa berdzikir pada Allah menyebabkan seseorang
tidak mungkin melupakan-Nya. Orang yang melupakan Allah adalah sebab
sengsara dirinya dalam kehidupannya dan di hari ia dikembalikan.
Seseorang yang melupakan Allah menyebabkan ia melupakan dirinya dan
maslahat untuk dirinya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa
kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri.
Mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hasyr: 19).
(10) Dzikir adalah obat hati sedangkan lalai dari dzikir
adalah penyakit hati. Mak-huul, seorang tabi’in, berkata, “Dzikir kepada
Allah adalah obat (bagi hati). Sedangkan sibuk membicarakan (‘aib) manusia, itu adalah penyakit.”
Demikian sebagian keutamaan dzikir yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Al Wabilush Shoyyib.
Berdzikir di Kala Orang-Orang Lalai
Lisan ini diperintahkan untuk berdzikir setiap saat. Dari ‘Abdullah bin Busr, ia berkata,
جَاءَ أَعْرَابِيَّانِ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ أَحَدُهُمَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ
عَمَلُهُ ». وَقَالَ الآخَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ
الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَمُرْنِى بِأَمْرٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ.
فَقَالَ « لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ »
“Ada dua orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lantas salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, manusia
bagaimanakah yang baik?” “Yang panjang umurnya dan baik amalannya,”
jawab beliau. Salah satunya lagi bertanya, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu
amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah
untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau. (HR. Ahmad 4: 188, sanad
shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth). Hadits ini menunjukkan bahwa
dzikir itu dilakukan setiap saat, bukan hanya di masjid, sampai di
sekitar orang-orang yang lalai dari dzikir, kita pun diperintahkan untuk
tetap berdzikir.
Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, “Ketika
hati seseorang terus berdzikir pada Allah maka ia seperti berada dalam
shalat. Jika ia berada di pasar lalu ia menggerakkan kedua bibirnya
untuk berdzikir, maka itu lebih baik.” (Lihat Jaami’ul wal Hikam, 2:
524). Dinyatakan lebih baik karena orang yang berdzikir di pasar berarti
berdzikir di kala orang-orang pada lalai. Para pedagang dan konsumen
tentu lebih sibuk dengan tawar menawar mereka dan jarang yang ambil
peduli untuk sedikit mengingat Allah barang sejenak.
Lihatlah contoh ulama salaf. Kata Ibnu Rajab Al Hambali
setelah membawahkan perkataan Abu ‘Ubaidah di atas, beliau mengatakan
bahwa sebagian salaf ada yang bersengaja ke pasar hanya untuk berdzikir
di sekitar orang-orang yang lalai dari mengingat Allah. Ibnu Rajab pun
menceritakan bahwa ada dua orang yang sempat berjumpa di pasar. Lalu
salah satu dari mereka berkata, “Mari sini, mari kita mengingat Allah di
saat orang-orang pada lalai dari-Nya.” Mereka pun menepi dan menjauh
dari keramaian, lantas mereka pun mengingat Allah. Lalu mereka berpisah
dan salah satu dari mereka meninggal dunia. Dalam mimpi, salah satunya
bertemu lagi temannya. Di mimpi tersebut, temannya berkata, “Aku
merasakan bahwa Allah mengampuni dosa kita di sore itu dikarenakan kita
berjumpa di pasar (dan lantas mengingat Allah).” Lihat Jaami’ul wal
Hikam, 2: 524).
Kedho’ifan Do’a Khusus Masuk Pasar
Mufti Saudi Arabia di masa silam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
‘Abdillah bin Baz ditanya mengenai hadits, barangsiapa yang memasuki
pasar lantas mengucapkan ‘laa ilaha illallah wahdahu laa syarika
lah, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiit wa huwa hayyu laa
yamuut bi yadihil khoir wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir’, apakah hadits ini termasuk hadits shahih?
Beliau rahimahullah menjawab, “Berdzikir di pasar dan di rumah adalah suatu yang dituntunkan. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu mengingat Allah dalam segala keadaan. Allah Ta’ala pun berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42)
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah
kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.”(QS. Al Ahzab: 41-42). Oleh
karenanya, jika di pasar hendaklah pula berdzikir pada Allah. Di tengah
orang banyak, hendaklah pun berdzikir pada-Nya sehingga Allah pun akan
mengingat dan menolongnya. Akan tetapi hadits yang disebut di atas
dilanjutkan dengan fadhilahnya: barangsiapa yang membacanya maka akan
dicatat baginya sejuta kebaikan, dihapus baginya sejuta kejelekan, dan
akan ditinggikan derajatnya sejuta derajat. Hadits ini adalah hadits
dho’if, tidak shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sejauh telaah yang kami lakukan dari meninjau sanad-sanadnya. Walau
hadits ini tidak shahih, bukan berarti seseorang tidak diperkenankan
berdzikir pada Allah (di pasar). Tetaplah berdzikir pada Allah walau
tidak dibalas dengan ganjaran sebagaimana yang disebutkan dalam hadits
tadi. Hendaklah ia banyak mengingat Allah dan itu sudah mendapatkan
pahala dan fadhilah yang besar. Tetapi hadits sebagaimana yang
ditanyakan tidaklah shahih. (Mawqi’ Syaikh Ibnu Baz: http://binbaz.org.sa/mat/11532)
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa dzikir akan mendatangkan rasa takut pada Rabb ‘azza wa jalla
dan semakin menundukkan diri pada-Nya. Sedangkan orang yang lalai dari
dzikir akan semakin terhalangi dari rasa takut pada Allah. Demikian kata
beliau dalam kitab Al Wabilush Shoyyib. Ini menunjukkan bahwa
jika seorang muslim rajin mengingat Allah di pasar, ia berarti akan
mengindahkan aturan Allah, tidak berbuat curang, takut dusta dan selalu
merasa diawasi oleh Allah. Jika demikian perniagannya akan semakin
barokah.
Semoga Allah memudahkan kita untuk menjaga lisan terus basah karena berdzikir pada-Nya. Wallahu waliyyut taufiq. [fzl/rumaysho]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar