Ilustrasi (dok: Thinkstock)
Sebagian yang tertulis pada situs adalah sebagai berikut:
"Tetapi sebenarnya ada perubahan pembentukan hormon pada wanita akibat orgasme. Fuih! Klimaks dari hubungan seks. Inilah penyebab utama perubahan fisik dalam seorang perempuan. Sesudah mengalami orgasme muncullah perubahan suatu fisik yang sangat signifikan walaupun tidak terlihat secara konkrit. Yakni pelebaran pada bagian dibawah pusar, yakni pada tulang pelvis (pinggul) dan pada dinding uterus (janin).
Otot-otot yang menyokong vagina menjadi agak lunak karena perubahan beban, sehingga berubah bentuk. [silakan dicek!]. Makanya ada mitos bahwa wanita yang sudah tidak perawan pantatnya turun, walaupun demikian perubahan ini hasilnya bervariasi, tergantung aktivitas fisik masing-masing seseorang dan frekuensi kegiatan seks tersebut.
Perubahan yang paling konkret biasanya terjadi pada perempuan yang jarang berolah raga dan sering duduk. Perubahan ini terjadi akibat penegangan otot janin yang luar biasa tetapi terganjal oleh penis (sewaktu berhubungan seks) sehingga memaksa otot bagian dalam untuk merenggang melampaui batas normal (pada saat orgasme biasanya lapisan otot janin menegang). Otot-otot tersebut lalu (akibat terganjal) melembut atau tidak sekencang seperti sebelumnya."
Apakah secara medis memang seorang wanita yang pantatnya turun memang sudah pernah melakukan hubungan seks? Tolong diberikan penjelasan ya Dok. Terimakasih.
Toni (Pria Lajang, 29 tahun), the.homesXXXX@gmail.com
Tinggi Badan 170 Cm dan Berat Badan 60 Kg
Jawaban
Untuk meneliti suatu fenomena harus berlandaskan prinsip ilmiah. Demikian pula untuk menelusuri fenomena "Wanita yang sudah pernah berhubungan seks, apakah terjadi penurunan pantatnya (bokongnya)?"
Prinsip ilmiah tersebut adalah:
a) sampelnya harus cukup, yaitu dicari sekian banyak wanita yang pernah berhubungan seks dengan periode usia yg sama;
b) dikumpulkan pula wanita yang belum pernah berhubungan seks pada periode usia dan jumlah sampelnya sama dengan wanita yang pernah berhubungan seks;
c) ditentukan kriteria penurunan pantat;
d) lalu dibandingkan (a) dan (b).
Bila hasil perbandingannya secara statistik signifikan, barulah dapat disimpulkan bahwa fenomena tsb benar. Bila hasilnya tidak signifikan maka fenomena tersebut hanya mitos belaka.
Hingga saat ini dalam Ilmu Kedokteran Seksual belum tertera tentang fenomena tersebut sebagai karakteristik wanita yang sudah tidak perawan lagi. Amati saja di sekeliling Anda: "Perawan tua pada umumnya pantatnya turun karena proses penuaan (The aging process)".
Dr. Andri Wanananda MS
Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) serta pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta.
(mfi/nvt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar