Minggu, 28 Oktober 2012

Indonesia Raya di Sumpah Pemuda ditertawakan intel Belanda


Indonesia Raya di Sumpah Pemuda ditertawakan intel Belanda

Pemuda kurus itu berharap menjadi komponis yang bisa berbuat sesuatu untuk pergerakan Hindia Belanda. Maka dia menggubah lagu dengan biolanya. Lalu dia meminta izin agar lagu Indonesia Raya gubahannya bisa diperdengarkan di Kongres Pemuda II yang digelar di Indonesische Clubgebouw.

Panitia memberi izin. Maka tanggal 28 Oktober 1928, irama Indonesia Raya mengalun dari biola model Amatus miliknya. Pemuda itu bernama Wage Rudolf Soepratman. Untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya diperdengarkan ke hadapan publik dalam sebuah acara resmi.

Banyak versi soal penampilan Soepratman saat membawakan lagu Indonesia Raya. Sebagian bersikeras saat itu hanya ada musik dari biola saja tanpa syair yang dinyanyikan. Tapi ada pula yang berpendapat WR Soepratman juga menyanyikan syair Indonesia Raya. Diceritakan setelah dia memainkan biola. Hadirin berteriak-teriak agar teksnya juga dinyanyikan lengkap.

"Ini masih jadi polemik. Seperti biasa sejarah itu bercampur baur antara histori dan story. Kadang sulit dibedakan mana cerita mana yang benar-benar sejarah," kata sejarawan JJ Rizal saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (28/1).

Sementara itu buku Panduan Museum Sumpah Pemuda Jakarta melukiskan peristiwa bersejarah tersebut dengan dramatis.

"Sebelum putusan kongres dibacakan, terlebih dahulu diperdengarkan lagu Indonesia Raya gubahan WR Soepratman. Dengan semangat dia memperdengarkan lagu yang sama berulang-ulang. Gesekan biolanya kadang diselingi suaranya yang agak parau. Semua peserta Kongres menyambut lagu tersebut dengan sangat antusias. Soepratman, pemuda kurus tadi menerima ucapan selamat dan pelukan hadirin itu dengan berkaca-kaca."

Dalam buku tersebut diceritakan intel Belanda dari Politieke Inlichtingen Dienst tampak terbengong-bengong mendengar lagu itu.

Menurut Rizal, Intel itu kemudian melaporkan soal lagu tersebut pada atasannya. Dia menilai lagu itu terkesan mendayu-dayu, tidak garang dan tidak bagus.

"Lagu itu sendiri dianggap lagu yang tidak tough (tangguh). Intel itu menganggap lagu tersebut contoh buruknya sebuah selera," katanya.

Maka merdeka.com mengunjungi Museum Sumpah Pemuda, Minggu (28/10). Puluhan anak sekolah dan mahasiswa tampak sedang mencatat informasi di dinding museum. Sebagian berfoto dengan patung-patung yang ada di sana.

"Untuk tugas. Disuruh guru mencatat peristiwa dan teks lagu Indonesia Raya," kata Denny, seorang siswa SMK 14 Jakarta.

Ada ruang khusus WR Soepratman di Museum Sumpah Pemuda. Di ruang 3x3 meter itu, biola bersejarah peninggalan WR Soepratman dipajang dengan sebuah piringan hitam. Dinding ruangan dipenuhi foto dan informasi soal WR Soepratman.

Istimewanya, ada seorang pemain biola yang hadir hari itu. Namanya Derry dari Cilay Ensamble. Dia dan rombongan Yayasan Musik Indonesia hadir untuk mementaskan syair Indonesia yang ingin diubah.

Setelah mereka selesai dengan acara dan pementasan. Merdeka.com meminta Derry membawakan Indonesia Raya seperti yang dulu persis dibawakan WR Soepratman. Derry menyanggupi.

"Mulai dari G. Itu ciri khas WR Soepratman," katanya.

Maka gesekan biola mengalun di ruang yang sama seperti 84 tahun lalu. Merdu sekali.
[ian]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar