Rabu, 31 Oktober 2012

Ada Banyak Pilihan Pengganti Nasi

TEMPO.CO , Jakarta: Belum makan kalau belum ketemu nasi. Ujaran itu niscaya kerap ditemui dalam praktek sehari-hari. Itu sebabnya, tak perlu heran jika orang sudah makan roti tapi masih lahap makan nasi. Bahkan makan mi pun dicampur nasi. Alhasil, nasi sebagai bahan makanan pokok seperti tak mungkin tergantikan.

“Nasi menjadi makanan unggulan dan disukai karena mudah didapat dan diolah, rasanya enak dan netral, juga mudah dimodifikasi dan mengenyangkan,” kata Cut Kemala Handayani, Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Haji Jakarta, dalam seminar bertajuk One Day Without Rice di Ruang Apung Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok, belum lama ini. “Sifat mengenyangkan ini yang membuat ketergantungan. Maka, ada istilah belum makan kalau belum makan nasi,” katanya.

Selain mengenyangkan, kandungan nutrisi dalam nasi ada bejibun.  Dalam 100 gram nasi, terdapat 180 kilokalori energi, 3 gram protein, vitamin, tiamin, niasin, mineral, dan kalsium. Meski begitu, nasi juga punya kekurangan. Selain memiliki indeks glikemik yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kandungan gula darah di tubuh meningkat, nasi memiliki serat yang rendah sehingga mudah dan cepat diserap tubuh.

Ketergantungan pada beras ini, menurut peneliti sekaligus perwakilan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten, Mewa Ariani, dapat mengancam ketahanan pangan di Indonesia. Sebab, penyediaan beras di Tanah Air pada masa mendatang tidak sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk.

Berdasarkan penelitian pada 2010, konsumsi beras masyarakat Indonesia mencapai 100 kilogram per kapita per tahun. Untuk mengurangi ketergantungan itu, perlu ada perubahan konsep dan kebiasaan makan masyarakat untuk mengganti nasi dengan makanan jenis lain. Salah satu cara yang belakangan dikampanyekan pemerintah adalah tidak memakan nasi selama satu hari. Kebiasaan ini, misalnya, dilakukan satu hari dalam sepekan. Sebagai pengganti, selama sehari itu, warga bisa mengkonsumsi sumber karbohidrat lain seperti jagung, ubi, singkong, talas, kentang, dan sagu.

Menurut Mewa, jagung bisa dipilih sebagai pengganti beras karena nilai gizinya tinggi. Dalam 100 gram jagung terdapat energi 154 kilokalori. Jagung juga mengandung antioksidan dan kaya betakaroten sebagai pembentuk vitamin A. Tak hanya itu, jagung merupakan sumber asam lemak esensial linolenat yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan kulit, plus kaya serat.

Sumber karbohidrat lain yang layak dilirik adalah talas. Dalam 100 gram talas terdapat energi 120 kilokalori. Selain umbinya, daun dan pelepah tumbuhan ini juga bisa dimakan. Menurut Cut Kemala, mengkonsumsi talas dapat mengurangi risiko gangguan jantung karena makanan ini tinggi kalium.

“Pokok talas membuat gigi lebih kuat dan bagus,” ujar Cut Kemala. Pasalnya, talas meningkatkan kadar basa pada mulut. Keasaman yang tinggi merupakan salah satu penyebab rusaknya gigi.

Selain jagung dan talas, makanan lain pengganti beras adalah singkong alias ubi kayu atau ketela pohon. Dalam 100 gram singkong terdapat energi 154 kilokalori. Makanan ini kaya serat sehingga sangat baik bagi pencernaan. Jika ogah makan singkong, ubi jalar boleh dipilih. Dalam 100 gram ubi jalar mengandung energi 100 kilokalori.

Jenis makanan pengganti beras yang lain adalah kentang. Dalam 100 gram kentang terkandung energi 62 kilokalori. Kentang sangat mudah dicerna dan dapat membantu membersihkan saluran pencernaan. Kelebihan lain, makanan ini rasanya netral dan baunya tidak menyengat ketika dimasak.

CHETA NILAWATY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar