Sabtu, 27 Oktober 2012

Di Kamar Mandi, Lagu Bangun Pemudi Pemuda Tercipta

TEMPO.CO, Jakarta - Alfred Simanjuntak lulus dari Sekolah Hollands Inlandsche Kweekschool, Surakarta, pada 1941. Lalu ia memutuskan menjadi guru Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia, Semarang. Di sana, ia membuat lagu untuk sekolah itu. (Baca: Alfred, Sang Pencipta Bangun Pemudi Pemuda)

Suatu hari, Alfred merasa Indonesia memerlukan lagu kebangsaan. Tujuannya mengobarkan semangat kemerdekaan. Kemudian datanglah ilham lagu Bangun Pemudi Pemuda itu. Di kamar mandi.

"Waktu itu saya lagi mandi, sayup-sayup saya seperti dapat inspirasi mendengar lagu tersebut. Na-na-na-na….,” kata Alfred dalam Majalah Tempo edisi 17 November 2002, di artikel berjudul Selama Hayat Dikandung Badan.

Ide nada dan lirik tercetus begitu saja. Ia pun buru-buru keluar kamar mandi. Meski badan masih agak basah, Alfred langsung mencari kertas dan alat tulis. Sebelum lupa, ia tuliskan nada-nadanya dengan not angka di atas kertas.

Ketika Alfred bertemu Tempo lagi pada Selasa, 16 Oktober 2012, ia berkata bahwa penciptaan lagu itu bukan berdasarkan permintaan pemerintah atau para pejuang. Melainkan petunjuk dari Tuhan.

Seluruh kata dalam lagu itu pun ia dapatkan sendiri. Bukan berdasarkan rujukan dari komponis lain. “Liriknya datang dari hati saya,” ujarnya.

Sebetulnya nada Bangun Pemudi Pemuda berasal dari lagu Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia yang pernah diciptakan Alfred. Lalu, dia ubah liriknya.

Bangun pemudi pemuda Indonesia... Tangan bajumu singsingkan untuk negara... Masa yang akan datang kewajibanmulah... Menjadi tanggunganmu terhadap nusa. Alfred menyanyikannya.

Hanya bait pertama saja yang diingat komponis ini. “Bait kedua saya sudah lupa.”

Alfred tak memerlukan waktu lama menggubah lagu Bangun pemudi Pemuda. Hanya semalam, dan esok paginya sudah tercipta. Kemudian, secara sembunyi-sembunyi ia ajarkan lagu itu ke murid-murid sebuah sekolah menengah.

“Khawatir ditangkap Jepang, saya tidak menyebarkan lagu itu secara terbuka,” kata dia.

Suami Alida ini lahir di Parlombuan, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada 8 September 1920. Selepas mengajar di Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia, ia melanjutkan pendidikan ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada 1950-1952.

“Sudah ratusan lagu kebangsaan saya ciptakan. Yang saya ingat Pemuda Pemudi, Indonesia Bersatulah, dan Negara Pancasila,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar