Sabtu, 27 Oktober 2012

Alasan Alfred Simanjuntak Dahulukan Pemudi


TEMPO.CO, Jakarta - Nama Alfred Simajuntak terukir karena menciptakan lagu Bangun Pemudi Pemuda yang dinyanyikan setiap menyambut Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober. Ditemui di kediamannya di Bintaro, Tangerang, dua pekan lalu, Alfred yang usianya 92 tahun ini kerap menyanyikan beberapa lagu hingga tuntas.

Di awal pertemuan, Alfred melantunkan lagu Bengawan Solo dan dilanjutkan dengan Dago Inang Sarge, lalu meluncur lantunan lagu Hai Ibu Terkasih dari mulutnya. Ketika Tempo salah menyebut judul Bangun Pemuda Pemudi, Alfred langsung meralatnya. “Pemudi lebih dulu, di mana-mana pemudi diutamakan, pemuda nomor dua. Jadi jangan pernah menganggap pemuda paling hebat, paling pintar. Di seluruh dunia begitu, pemudi diutamakan. Bahasa Inggris ladies and gentlemen... (Alfred mengucapkan dengan beberapa bahasa Jerman, Belanda, dan Jepang),” kata pria kelahiran Tapanuli Utara, 20 September 1920 ini.

Pria ini memang menguasai enam bahasa, yakni Jerman, Inggris, Belanda, Batak, Jepang, dan Jawa. Alfred menceritakan bagaimana ia mendapatkan inspirasi lagu Bangun Pemudi Pemuda. Saat itu Alfred masih berusia 23 tahun dan menjadi guru di Sekolah Rakyat di Semarang. Menurutnya, ketika mandi tiba-tiba dia mendapatkan nada sebuah lagu.

“Tiba-tiba lahir lagu itu..dam..dam.dam…daaammm…jadi saya dapat nadanya dulu baru liriknya,” kata Alfred yang kini lebih banyak melakukan pelayanan di gereja ini. “Lagunya saya buat cepat cuma satu malam, besoknya sudah jadi.” (Baca: Di Kamar Mandi, Lagu Bangun Pemudi Pemuda Tercipta )

Alfred mengatakan, lirik awal lagu tersebut bukan menceritakan patrotisme untuk para pemuda saat itu. “Sekolah Rakyat Sempurna Indonesia, gergaji tiga tempatnya sungguh indahlah…anak segala bangsa di Indonesia menjadi bersaudara rukun semua…,” Alfred melantunkan lagu itu hingga selesai, dan dia masih hafal liriknya. (Baca: Alfred Simajuntak: Lagu itu Mengobarkan Semangat).

“Saya harus bikin lagu untuk sekolah. Waktu itu di semarang, sekolah guru. Tiba-tiba lahir lagu itu. Di sana ada enam kelas, saya diminta bikin lagu Sekolah rakyat Sempurna Indonesia. Lalu diubah ke…bangun pemudi pemuda Indonesia...tangan bajumu singsingkan untuk negara...masa yang akan datang kewajibanmulah...menjadi tanggunganmu terhadap nusa...,” Alfred menyanyikan kembali lagu Bangun Pemudi Pemuda. “Bait kedua saya sudah lupa,” katanya.

Menurut Alfred, perubahan lirik dari sekolah rakyat menjadi lagu kebangsaan, bukan permintaan dari pemerintah. “Tadinya lagu itu lagu sekolah, tapi saya jadikan lagu nasional. Kata-kata itu saya dapat sendiri, bukan karena permintaan dari pemerintah,” ujarnya.

Meski lagunya dinyanyikan setiap tahun sejak 1945 hingga sekarang, Alfred mengaku tidak pernah mendapatkan bayaran dari pemerintah. “Enggak pernah dapat royalti dari pemerintah sejak dulu sampai sekarang. Hanya dari penerbit yang terbitkan lagu-lagu saya. Mungkin pemerintah tidak kenal siapa saya,” kata Alfred.

ALIA FATHIYAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar