Selasa, 11 September 2012

ISLAM dan ILMU PETERNAKAN

Islam dan Ilmu Peternakan

Oleh: Dr. Rusfidra, S.Pt
(Seorang Muslim yang Belajar Ilmu Peternakan)

"Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu terdapat pelajaran yang penting bagi kamu. Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada di dalam perutnya,dan (juga) pada binatang itu terdapat manfaat yang banyak untuk kamu, dan sebagian dari padanya kamu makan". (QS. Al Mukminun: 21)

Mahasuci Allah yang telah menciptakan beraneka macam hewan ternak dan beragam produk ternak yang sangat bermanfaat bagi manusia. Jika kita perhatikan makna yang tersirat dalam kutipan surat Al Mukminuun ayat 21 dapat dilihat betapa pentingnya peran hewan ternak dalam kehidupan manusia. Betapa tidak, produk utama ternak (susu, daging, telur dan madu) merupakan bahan pangan hewani yang memiliki gizi tinggi dan dibutuhkan manusia untuk hidup sehat, cerdas, kreatif dan produktif. Selain itu, ternak merupakan sumber pendapatan, sebagai tabungan hidup, tenaga kerja pengolah lahan, alat transportasi, penghasil biogas, pupuk organik dan sebagai hewan kesayangan.
Oleh karena itu, tak heran bila Profesor I.K. Han, Guru Besar Ilmu Produksi Ternak Universitas Nasional Seoul (1999) menyebutkan pentingnya peran ternak dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Selain itu, ternak juga bermanfaat dalam ritual keagamaan, seperti dalam pelaksanaan ibadah qurban, menunaikan zakat (zakat binatang ternak) dan sebagai dam pada saat melakukan ibadah haji.
Islam dan Ilmu Peternakan
Ilmu peternakan merupakan ilmu terapan yang disebut secara eksplisit di dalam Al Quran. Bahkan beberapa nama hewan ternak dijadikan sebagai nama surat di dalam Al Quran, misalnya sapi betina (Al Baqarah), hewan ternak (Al An'am), dan ternak lebah (An Nahl). Banyak ayat Al Quran yang secara eksplisit menyebut nama-nama hewan ternak, misalnya ternak sapi (QS. 2: 67-71, 73; QS Yusuf: 43), unta (QS. Al An'am:144; Al Hajj: 27, 37; QS. Al Ghasiyah:17), domba (QS. Al An'am:143, 146; QS. An Nahl: 80), kambing (QS. Al An'am: 143, An Nahl: 78, Shad: 23-24), unggas (QS. 2: 260; 3: 49; 5: 110; 6: 38; 16: 79; 23: 41; 27: 16; 67: 19), kuda (QS. 3: 14; 8: 60; 16: 8; 38: 31; 100: 1) dan lebah (QS. 16: 68-69). Bahkan ternak telah lama akrab dalam kehidupan kaum Muslimin, baik dalam pelaksanaan ibadah (zakat, kurban) maupun manfaatnya yang multi guna dalam kehidupan.
Hewan ternak merupakan sumber pelajaran yang penting di alam karena terdapat banyak hikmah dalam penciptaannya. Lihatlah bagaimana Allah memberikan kemampuan pada ternak ruminansia (sapi, kambing, domba dan kerbau) yang mampu mengubah rumput (hijauan) menjadi daging dan susu. Atau kemampuan yang dimiliki lebah madu dalam mengubah cairan nektar tanaman menjadi madu yang bermanfaat dan berkhasiat obat bagi manusia (QS. An Nahl [16]: 68-69). Sedemikian besarnya peran usaha peternakan dalam kehidupan, maka sudah pada tempatnya sub sektor ini mendapat perhatian kaum Muslimin, termasuk melakukan penelitian dan pengembangan produk peternakan yang bersumber pada Al Quran dan Al Hadis.
Peternak, Bukanlah Profesi Hina!
"Semua Nabi pernah menggembala kambing", kata Rasulullah saw. dalam suatu perbincangan dengan para Sahabat. Seorang Sahabat bertanya, "Engkau sendiri bagaimana, ya Rasul?". "Aku pernah menggembala kambing," jawab Nabi. Dialog singkat tersebut mengisyaratkan bahwa menjadi peternak (penggembala ternak) adalah profesi yang pernah dilakukan para nabi. Bahkan, banyak penulis sirrah nabawi menjelaskan bahwa ketika berusia muda, Nabi Muhammad saw. adalah seorang penggembala kambing yang terampil. Beberapa riwayat menjelaskan, Nabi yang mulia itu sering memerah susu ternak domba piaraannya untuk konsumsi keluarga beliau.
Profesi sebagai peternak sapi juga pernah dilakukan Nabi Musa alaihissalam selama delapan tahun, sebagai mahar atas pernikahannya dengan anak perempuan Nabi Syuaib alaihissalam. Sebelumnya, Habil, putra nabi Adam alaihissalam juga mengurbankan kambing unggul miliknya. Kurban Habil pun diterima Allah swt.
Manfaat Protein Hewani
Di samping pangan nabati, manusia juga memerlukan pangan hewani (daging, susu dan telur) sebagai sumber protein untuk kecerdasan, menjaga stamina, mempercepat regenerasi sel dan menjaga sel darah merah agar tidak mudah pecah. Hingga kini konsumsi protein hewani penduduk Indonesia sangat rendah. Pada tahun 2000, konsumsi daging unggas penduduk Indonesia hanya 3,5 kg/kapita/tahun, sedangkan Malaysia (36,7 kg), Thailand (13,5 kg), Fhilipina (7,6 kg), Vietnam (4,6 kg) dan Myanmar (4,2 kg) (Poultry International, 2003).
Konsumsi telur di Indonesia juga rendah, hanya 2,7 kg/kapita/tahun, sedangkan Malaysia 14,4 kg, Thailand 9,9 kg dan Filipina 6,2 kg.Begitupun konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya 7 kg/kapita/tahun, sedangkan Malaysia mencapai 20 kg/kapita/tahun. Konsumsi madu masyarakat Indonesia hanya 15 gram/kapita/tahun, sedangkan masyarakat di negara maju (Jepang, Perancis, Inggris dan AS) konsumsi madunnya telah mencapai 1600 gram/kapita/tahun.
Konsumsi daging, telur dan susu yang rendah menyebabkan target konsumsi protein hewani adalah 6 gram/kapita/hari belum tercapai. Padahal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, rata-rata konsumsi protein hewani yang ideal 26 gram/kapita/hari. Analisis paling akhir oleh Prof. I.K Han, guru besar Ilmu Produksi Ternak Universitas Nasional Seoul, Korea Selatan (1999) menyatakan adanya kaitan positif antara tingkat konsumsi protein hewani dengan umur harapan hidup (UHH) dan pendapatan perkapita. Semakin tinggi konsumsi protein hewani penduduk, makin tinggi UHH dan pendapatan domestik brutto (PDB) negara tersebut.
Negara Korea, Brazil, Cina, Fhilipina dan Afrika Selatan memiliki konsumsi protein hewani 20-40 gram/kapita/hari, UHH penduduknya berkisar 65-75 tahun. AS, Prancis, Jepang, Kanada dan Inggris konsumsi protein hewani masyarakatnya 50-80 gram/kapita/hari, UHH penduduknya 75-85 tahun. Negara-negara yang konsumsi protein hewani di bawah 10 gram/kapita/hari seperti Banglades, India dan Indonesia, UHH penduduknya berkisar 55-65 tahun.
Rendahnya konsumsi protein hewani berdampak pada tingkat kecerdasan dan kualitas hidup penduduk Indonesia. Asupan kalori-protein yang rendah pada anak balita berpotensi menyebabkan terganggunya pertumbuhan, meningkatnya risiko sakit, memengaruhi perkembangan mental, menurunkan performa mereka di sekolah dan menurunkan produktivitas tenaga kerja setelah dewasa.
Catatan Akhir
Negara Indonesia adalah negeri tropis yang sangat potensial dalam pengembangan sektor peternakan. Karena itu adalah pada tempatnya sub sektor peternakan mendapat perhatian kaum Muslimin di negeri ini. Mengingat pentingnya protein hewani bagi segala lapisan usia, maka konsumsi produk ternak semestinya dipacu menuju tingkat konsumsi ideal. Protein hewani memiliki komposisi asam amino yang lengkap dan dibutuhkan tubuh. Karena itu, konsumsi protein hewani harus dipacu untuk mewujudkan SDM yang cerdas, kreatif, produktif dan sehat.
Untuk mengakhiri bahasan ini, mari kita renungkan sebuah pepatah Arab yang berbunyi: "Negeri yang kaya ternak, tidak pemah miskin, negeri yang miskin ternak, tidak pemah kaya" (Campbell dan Lasley, 1985). Ayo majukan sektor peternakan.

1 komentar:

  1. Ass.Wr.Wb. Terima kasih sampaikan kepada bapak Dr.Rusfidra , S.Pt, atas tulisannya , tulisan ini jadi pedoman saya dalam menyampaikan pencerahan kepada mahaiswa peternakan agar lebih termutivasi dalam menuntu ilmu yang terkait dengan dunia peternakan danlebih percayadiri bahwa orang bisa jadi mulia dengan beternak

    BalasHapus