Minggu, 30 September 2012

Mau Menikah, Jangan Lupa "Check Up"!


Shutterstock
KOMPAS.com - Setiap minggu, selalu saja ada undangan pesta pernikahan di bulan ini dan juga sampai bulan depan. Di sisi lain, ada juga pasangan yang akan menikah yang memang sudah punya permasalahan kesehatan, berkonsultasi kepada saya untuk check-up sebelum menghadapi pernikahannya.

Saya sebagai seorang dokter juga sedih jika bertemu dengan pasangan muda yang pada tahun-tahun pertama pernikahannya ternyata suami atau istri mempunyai penyakit kronis seperti HIV/AIDS atau hepatitis B kronis, bahkan sampai sirosis hati.

Pertanyaan yang kerap muncul di antara para calon pengantin adalah apakah mereka sehat? Apa yang harus diperiksa sebelum menikah? Pernikahan bertujuan untuk menghasilkan keturunan. Oleh karena itu memang perlu dipersiapkan.
Pemeriksaan laboratorium, apa saja yang harus dilakukan?
Pemeriksaan laboratorium pranikah antara lain : pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL) meliputi pemeriksaan hemoglobin (Hb), hematokrit, lekosit, trombosit,pemeriksaan morfologi eritrosit,laju endap darah (LED), hitung jenis. Pemeriksaan ini baik untuk calon pengantin wanita maupun pria.

Data DPL ini penting karena Hb yang rendah perlu dievaluasi apakah bukan karena thalasemia walaupun jarang, penyakit ini dapat diturunkan kepada anak-anaknya. Selain itu, hemoglobin yang rendah pada calon ibu akan berdampak buruk, baik bagi kesehatan ibu atau janin jika terjadi kehamilan nantinya.

Selain itu, mengingat faktor keturunan yang dominan, beberapa laboratorium menambah paket skrining untuk pemeriksaan penyakit thalasemia. Pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan rhesus juga penting untuk memprediksi kemungkinan golongan darah serta rhesus anak dari hasil perkawinan tersebut.
Pemeriksaan urin rutin juga diperlukan untuk melakukan skrining kemungkinan gangguan pada ginjal.
Pemeriksaan lain yaitu pemeriksaan virus hepatitis B dengan pemeriksaan HbSAg. Kita tahu bahwa kejadian Hepatitis B kronis cukup tinggi mencapai 10 persen pada masyarakat kita. Artinya 1 dari 10 orang Indonesia menderita hepatitis B. Penularan melalui jarum suntik, tusuk jarum, pisau cukur atau benda tajam lain yang digunakan bersama atau sikat gigi yang digunakan bersama.

Selain itu, penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual dan hubungan erat dan dekat. Ibu penderita HbSAg +, selain berpotensi menularkan hepatitis kepada suaminya juga bisa menularkan kepada anaknya. Saya menemukan beberapa kasus usia muda baru beberapa tahun menikah sudah menderita sirosis hati akibat perjalanan penyakit dari hepatitis kronis.

Sirosis merupakan risiko seseorang untuk susah mendapatkan anak. Oleh karena pemeriksaan skrining HbSAg pranikah menjadi penting apalagi pada seseorang dengan riwayat sakit kuning sebelumnya atau dengan keluarga sakit kuning bahkan sudah diketahui menderita hepatitis kronis.
Pemeriksaan laboratorium lain tetapi khusus pada wanita adalah pemeriksaan TORCH (antigen G dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus). Identifikasi penyakit ini penting agar setelah pernikahan cepat mendapatkan keturunan.

Secara khusus, bagi para pengguna narkoba terutama jarum suntik , pemeriksaan virus HIV dan hepatitis C juga penting. Khusus untuk pemeriksaan HIV, perlu berkonsultasi dulu dengan dokter. Riwayat kontak seksual sebelum menikah apalagi dengan pekerja seks atau dengan pasangan dengan riwayat pengguna jarum suntik sudah merupakan indikasi dilakukan pemeriksaan HIV untuk mengetahui status HIV. Beberapa kasus HIV muda yang saya temukan mempunyai riwayat kontak seksual dengan pacarnya yang kebetulan penggunan narkoba jarum suntik.
Agar kita lebih siap menghadapi bahtera rumah tangga memang sebaiknya para pasangan yang akan menikah perlu melakukan pemeriksaan kesehatan apalagi pada pasangan dengan risiko penyakit seperti yang saya sebutkan diatas.
Salam sehat !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar