Minggu, 23 September 2012

Film Biru dari Seorang Penipu


Innocence of the Muslims yang melecehkan Nabi Besar Muhammad SAW itu, ternyata dibikin seorang kriminal. Orang ini sudah pernah dihukum karena menipu bank.

Kemarahan meledak di mana-mana, dari Benghazi sampai Karachi, dari Manama sampai Sana, dan dari Jakarta sampai Ankara. Yang jadi sasaran adalah Kedutaan Besar Amerika Serikat. Dan korban pun sudah berjatuhan.

Sebuah demonstrasi di gedung Kedubes AS di Sana, ibukota Yaman, Kamis (13/9) lalu berubah menjadi kerusuhan. Dikabarkan bentrokan ratusan demonstran yang marah dengan polisi mengakibatkan 2 demonstran terbunuh serta 10 mobil dari Kedutaan Besar AS dibakar dan dirusak.

Sehari kemudian, Jum’at, seusai sholat, demonstrasi pecah di lebih 20 negara Muslim di dunia. Di Tunis, ibukota Tunisia, Afrika Utara, demonstran bentrok dengan polisi mengakibatkan 2 demonstran terbunuh. Di Kairo, Mesir, seorang demonstran tewas dan 53 polisi terluka. Di Khartoum, Sudan, 3 demonstran tewas. Demo serupa di Lebanon menewaskan 2 demonstran.

Lain lagi yang terjadi di depan Konsulat Amerika Serikat di Benghazi, kawasan timur Libya, Selasa malam lalu (12/9). Sebuah tembakan roket peluncur granat atau RPG (rocket propelled grenade) dari kerumunan massa yang berdemo ke kompleks konsulat itu menyebabkan tewasnya J.Christopher Stevens, Duta Besar Amerika Serikat untuk Libya, beserta tiga staf dan petugas keamanan.

Dengan demikian Christopher Stevens merupakan Dubes Amerika Serikat yang keenam tewas dalam menjalankan tugas di luar negeri. Sebelumnya Dubes Adolf Dubs tewas di Afghanistan pada 1979, John Gordon Mein tewas di Guatemala (1968), Cleo A. Noel di Sudan (1973), Rodger P. Davies di Cyprus (1974), dan Francis E. Melonge, Dubes AS di Lebanon tewas pada 1976.

Dubes Christopher Stevens sedang mengunjungi kantor konsulat itu ketika huru-hara meletus. Dia bukan orang baru di Libya. Sebelumnya sebagai utusan pemerintah Amerika Serikat, Christopher yang fasih berbahasa Arab itu aktif berhubungan dengan para tokoh perlawanan di Benghazi yang waktu itu sedang berjuang untuk menumbangkan pemimpin Libya yang otoriter, Muammar Qaddafi. Gerakan itu terbukti kemudian berhasil. Qaddafi tumbang, pemerintahan baru terbentuk dan Christopher Stevens diangkat pemerintah Amerika Serikat menjadi Duta Besar di Libya.

Tapi sekarang kondisi Libya berbeda. Ada kemarahan yang meluas terhadap orang Amerika Serikat. Dan tampaknya di hari-hari berikut kemarahan itu masih terus marak dan masih akan berlanjut.

Semua ini akibat pemutaran film video berjudul Innocence of the Muslims (Keluguan Orang-orang Islam) di situs internet,  YouTube. Film itu dibuat di California, Amerika Serikat, oleh seorang warga Amerika Serikat pula.

Sebenanya film itu dalam versi Inggris sudah dimuat di Youtube sejak dua bulan lalu. Tapi reaksi tak ramai. Baru setelah edisi bahasa Arabnya masuk YouTube, 4 September lalu, Innocence of the Muslims memancing ledakan kemarahan. Dan kemarahan masyarakat Muslim itu ditujukan ke negara adidaya Amerika Serikat dan warganya, si pembuat film.

Apalagi dengan alasan Amandemen Pertama konstitusinya – tentang kebebasan menyatakan pendapat – pemerintah Amerika Serikat selalu melindungi tindakan seperti ini. Dengan alasan yang mirip, pemerintah Amerika sama sekali tak menindak Pendeta Terry Jones dari Florida, yang beberapa waktu lalu secara terbuka membuat upacara membakar kitab suci Al-Qur’an.

Kali ini Sabtu kemarin, ada berita bahwa Sam Bacile, si pembuat film ini, dipanggil polisi California. Kabar yang beredar polisi memeriksanya untuk sebuah kasus penipuan bank, bukan karena pembuatan film.

Innocence of the Muslims, sesungguhnya adalah film biru (blue film)  atau film cabul yang dibuat dengan biaya murah. Pembuatannya dilakukan  musim panas lalu di kawasan perbukitan Los Angeles County, sekitar 20 mil di Selatan Los Angeles, pusat perfilman Amerika Serikat itu.

Menurut Paul Audley, Presiden Film LA Inc, organisasi nirlaba yang mengkoordinasikan izin pembuatan film, izin diberikan atas film berjudul Desert Warrior (Pejuang Padang Pasir) Agustus 2011. Tak jelas kenapa judul film kemudian berganti menjadi Innocence of the Muslims.

Sam Bacile tercatat sebagai produsernya atas nama Media for Christ, sebuah LSM yang berbasis di Duarte, California. Media for Christ sendiri memiliki misi sebagaimana dipublikasikannya: Mempromosikan nilai-nilai Kristen.

Kalau berita ini benar, agak membingungkan juga: apa hubungan pornografi dengan nilai-nilai Kristen yang mereka maksudkan. Lebih membingungkan lagi ketika ternyata film itu hanya ditujukan untuk menjelek-jelekkan Nabi Besar Muhammad SAW.

Sejumlah orang yang terlibat dalam pembuatan film itu pun ternyata bingung ketika sekarang dituduh film itu mencemarkan Nabi Muhammad SAW. Soalnya di dalam pembuatannya, sama sekali tak ada adegan yang membawa-bawa nama Nabi Muhammad SAW. Rupanya semua adegan atau nama-nama itu disisipkan belakangan dalam proses editing.

Tapi siapa sebenarnya yang membuat film itu? Media massa menulis nama Sam Bacile, penduduk Duarte, California. Dalam beberapa interview dengan wartawan Sam Bacile mengaku sebagai seorang Yahudi yang lahir di Israel. Dia warga negara Amerika Serikat – mungkin saja merangkap warga Israel, karena itu dimungkinkan undang-undang di sana.

Tapi Steve Klein, seorang Arab Kristen warga negara Amerika Serikat, yang mengenalnya,  mengatakan bahwa Sam Bacile itu adalah nama samaran dan dia adalah Arab Kristen, bukan Yahudi. ‘’Saya jumpa dia dua kali. Dia bukan warga negara Israel,’’ kata Klein, anggota sebuah group ekstrim kanan Kristen.

Steve Klein sehari-hari menjadi penjaja asuransi. Dia mengaku terlibat  pembuatan film ini karena tertarik setelah produsernya mengatakan bahwa film ini dimaksudkan agar para ekstrimis Muslim berhenti membunuh. Klein sendiri dikenal sebagai seorang anti-Islam dan selalu berapi-api kalau menyerang Islam (The New York Times, 13/9-2012).

Dari perkenalannya dengan produser itu, Klein menduga Sam Bacile adalah nama samaran. Nama orang ini yang sebenarnya adalah Nakoula Basseley Nakoula.

Siapa Nakoula? Menurut The New York Times, Nakoula sudah dikenal para pejabat keamanan federal karena Juni 2010 dihukum penjara 21 bulan untuk penipuan cek di Bank Well Fargo. Dia juga diketahui sedang dililit utang.

ABC News 12 September lalu, mengungkap lebih jelas karakter orang ini yang memang bermasalah. Misalnya, dalam wawancara dengan kantor berita AP, dia sebut usianya 56 tahun. Tapi ketika diwawancarai The Wall Street Journal, usianya menjadi lebih muda yaitu 52 tahun. Lalu di situs internet YouTube, ia cantumkan usianya 75 tahun.

Dalam satu interview  dia mengaku seorang Yahudi Israel, artinya dia seorang Yahudi warganegara Israel. Tapi dalam wawancara yang lain dia mengaku sebagai seorang Israel Amerika, yaitu warga Amerika keturunan Israel. Di lain waktu dia mengaku kepada wartawan sangat prihatin karena seluruh keluarganya masih berada di Mesir.  Memang ada kabar yang mengatakan Sam Bacile alias Nakoula Basseley Nakoula itu sebenarnya adalah seoarang Arab Kristen (Koptik) yang berasal dari Mesir.

Sementara itu pengecekan yang dilakukan pemerintah federal, tak menemukan namanya. Begitu  pula ketika pengecekan dilakukan di dokumen real estate. Jadi orang ini sesungguhnya seorang bermasalah, apalagi dia sudah pernah dihukum karena penipun cek, dan sekarang sedang dililit utang.

Inilah orang yang membuat film yang tujuannya untuk mencemarkan Nabi Muhammad SAW, pemimpin milyaran umat Muslim di seluruh dunia. Sebagai seorang Muslim – meski telah menjadi wartawan puluhan tahun – saya tak sanggup menuliskan tuduhan-tuduhan yang dilemparkan film ini terhadap Rasulullah. Apalagi tahu pembuat film ini hanya seorang kriminal  yang telah dihukum karena penipuan cek.

Amran Nasution

Tidak ada komentar:

Posting Komentar