Jumat, 04 Januari 2013

Mendadak kaya sebab jual selaput dara


Mendadak kaya sebab jual selaput dara

Keperawanan bagi sebagian orang masih sangat besar nilainya. Terutama kaum lelaki. Di banyak negara, terutama menganut hukum syariah Islam ketat, keperawanan bagi seorang gadis merupakan nilai wahid.

Mengutip situs berita Bikya Masr, stasiun televisi Al Arabiya (13/6/2012), mengulas soal perempuan Mesir bernama Nisrin, 19 tahun, harus menjalani tes keperawanan sebab dituduh berzina oleh anggota parlemen asal kelompok Salafi Ali Wanis.

Namun lagi-lagi perempuan seperti Nisrin harus menangguk rugi sendirian lantaran pihak lelaki malah bebas berkeliaran sebab posisinya sebagai anggota parlemen kebal hukum.

Meski pandangan barat jauh lebih moderat soal selaput dara, namun tidak bisa dipungkiri itu masih sangat berharga hingga akhirnya mencentus beberapa gadis untuk melelang keperawanan mereka pada penawar tertinggi.

Tercatat tiga gadis asal Brasil menjual harta berharga mereka untuk berbagai tujuan. Ada untuk membayar utang keluarga, membantu orang miskin, dan demi menebus pengobatan sang ibu. Keperawanan mereka berhasil menebus miliaran rupiah. Namun apakah harga itu sebanding dengan nilai selaput dara anugerah Tuhan untuk dipersembahkan pada pasangan hidupnya kelak?

Terlepas soal moral, kondisi mereka yang telah memaksa para gadis itu untuk melepas keperawanan dan mendapatkan uang banyak dengan jalan pintas. Perkara menjadi pahlawan atau bukan, tergantung dari sudut penilaian. Bagi keluarga dan orang-orang yang telah terbantu dari hasil lelang selaput dara itu, mereka menjadi penyelamat.

Keputusan lelang keperawanan menjadi perbincangan seru. Banyak pihak menilai tindakan itu emosional dan tidak jauh beda dengan pelacur. Namun mereka membantah. "Jika Anda melakukan hanya sekali seumur hidup maka itu tidak disebut pelacur. Seperti halnya Anda memotret sekali tidak menjadikan Anda seorang juru foto," ujar Catarina Migliorini salah satu pelaku penjual selaput dara (25/10/2012).

Hal itu diamini pula oleh Alina Percea asal Rumania. Pemenang lelang selaput daranya justru bukan dia yang menawar paling tinggi, melainkan lelaki itu menarik perhatian Alina. "Aku memilihnya sebab aku tertarik padanya," kata dia seperti dilansir surat kabar the Daily Mail (2009).

Alina memang bertujuan mencari jodoh sekaligus membiayai kuliahnya lewat lelang keperawanan itu. Bisa jadi ini membuktikan perempuan masih menyangkutkan rasa pada urusan selangkangan.
[fas]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar