Rabu, 02 Januari 2013

Istri sukses bikin pria tak nyaman


Istri sukses bikin pria tak nyaman
 


Emansipasi wanita telah didengungkan oleh para aktivis wanita sejak puluhan tahun lalu. Di zaman modern ini, kedudukan dan pencapaian wanita pun lebih diakui. Peran wanita tak lagi sekedar 3M: Masak (memasak), Macak (bersolek), dan Manak (melahirkan). Kini wanita juga bisa bersaing dalam dunia kerja bersama para pria.
Meski di tahun 2013 wanita lebih berpendidikan tinggi dan memiliki kemampuan setara, bahkan lebih tinggi di atas pria, sebuah penelitian menunjukkan bahwa sesungguhnya masyarakat masih berpikiran sama kolotnya dengan di tahun 1950-an.
Penelitian yang dilakukan di University of Chicago ini menunjukkan bahwa masyarakat masih memegang konsep bahwa pria bekerja di luar sementara wanita berurusan dengan hal-hal rumah tangga, seperti dilansir oleh Huffington Post (28/12).
Ini terbukti dari sikap pria yang cenderung menghindari dan tak tertarik dengan wanita yang lebih sukses dari diri mereka, serta kecenderungan pria yang merasa tak nyaman ketika istri mereka lebih sukses dalam karir dan berpenghasilan lebih banyak.
Ahli ekonomi Marianne Bertrand, Emir Kamenica, da Jessica Pan mengaitkan masalah ini dengan teori identitas sosial dari psikologi sosial hingga penelitian mengenai evolusi peran gender selama beberapa dekade. Hasilnya, mereka menemukan bahwa setiap orang melihat diri mereka sebagai bagian dari masyarakat. Untuk itu, mereka akan mencoba bersikap sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat.
Ketika identitas wanita dikaitkan dengan pekerjaan rumah tangga, maka memiliki karir gemilang di luar rumah akan menimbulkan anggapan tak wajar. Sementara identitas pria dilihat sebagai penyokong keuangan rumah tangga. Ketika melihat istrinya lebih sukses dan berpenghasilan lebih banyak, hal ini akan menyebabkan masalah personal baginya, dan berujung pada masalah dalam rumah tangga.
Berdasarkan penelitian, dibandingkan dengan tahun 1950 dan 1970-an, saat ini lebih banyak wanita yang berpenghasilan tinggi dibandingkan pria. Hal ini memiliki dua dampak, pertama akan ada semakin banyak wanita yang tak menikah karena mereka susah mencari pria yang berpenghasilan lebih tinggi atau lebih sukses dari mereka. Sementara dampak kedua adalah adanya wanita yang memilih bekerja di pekerjaan kecil atau tak bekerja sama sekali untuk menjaga keseimbangan rumah tangga.
Penelitian ini juga menemukan bahwa kebanyakan istri yang berpenghasilan besar masih berusaha berkompensasi dengan pekerjaan rumah tangga. Melalui data dari American Rime Use Survey, wanita yang berpenghasilan lebih tinggi juga berusaha untuk melakukan pekerjaan rumah tangga.
Hal ini dianggap sebagai kompensasi karena mereka telah 'mengambil' identitas yang terlalu 'pria' dalam masyarakat. Kemungkinan besar, hal ini juga dikarenakan keinginan mereka untuk membuat rumah tangga tetap seimbang.
Meski begitu, bekerja di dua tempat (karir dan rumah tangga) sekaligus tentu bukan hal yang mudah. Oleh karena itu, penelitian juga menunjukkan bahwa wanita yang sukses dalam karir, berpenghasilan lebih besar daripada suami, dan masih sanggup mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga diketahui lebih tidak bahagia dibandingkan wanita yang fokus pada urusan rumah tangga.
Bagaimana pendapat Anda mengenai penemuan di atas? Apakah Anda setuju bahwa wanita yang lebih sukses membuat pria terintimidasi?
[kun]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar