Kamis, 17 Januari 2013

Banjir Melanda, Jakarta jadi Kota Mati

JAKARTA - Banjir benar-benar telah melumpuhkan Ibu Kota pada Kamis (17/1). Sejak pagi, warga Jakarta sudah berkeluh kesah, marah hingga bosan melihat banjir hampir di setiap sudut kota.

Ketika gelap mulai merayap, seluruh hingar bingar dan kebisingan Jakarta perlahan mulai meredup. Sejumlah titik jalan utama seperti Jalan Thamrin, Sudirman, dan Harmoni yang selalu ramai oleh kendaraan, kini lengang. Jakarta kini benar-bener seperti jadi kota mati.

Dari pantauan JPNN, Jalan Medan Merdeka Barat depan Istana Negara dan Monumen Nasional (Monas) sangat sepi. Sesekali hanya beberapa kendaraan yang melintas di jalan itu. Polisi lalu lintas yang biasanya sibuk dan kesulitan mengatur jalanan di wilayah itu, hanya berdiri santai, malam ini. Tidak ada yang perlu ia atur, karena jalanan terlampau sepi.

Mendekati Bundaran menuju Jalan Thamrin, terdapat sekumpulan warga yang ingin menonton banjir di sepanjang jalan itu. Beberapa polisi terlihat berjaga-jaga di sekitar Thamrin. Tak ada kendaraan yang melewati Thamrin. Hanya sebagian kecil orang yang berusaha menerobos dengan berjalan kaki.

Beberapa sisi di tengah kota ini begitu lengang. Hampir mirip kota tak berpenghuni. Semua orang yang melintas pun terlihat lelah karena harus menghadapi banjir sepanjang hari.

Warga yang menuju ke Tanah Abang, Jakarta Pusat harus gigit jari. Sejak pagi hingga malam ini, banjir tak kunjung surut di sekitar Stasiun Tanah Abang. Beberapa kendaraan harus berbalik arah daripada terjebak banjir.

"Jangan lewat sini, sudah enggak bisa dilewatin," ujar seorang petugas polisi pada pengendara motor yang memaksakan melewati jembatan di Tanah Abang.

Di antara suasana muramnya banjir kota Jakarta, ada juga sedikit gemerlap yang tak berubah. Yaitu di atas jembatan kecil yang berdekatan dengan Pasar Tanah Abang. Di wilayah itu, musik dangdut masih mengalun nyaring dan meramaikan suasana jalan yang dilewati warga. Kepulan asap rokok dari beberapa wanita berpakaian seksi terlihat saat itu.

Gerimis kecil tidak mengganggu mereka untuk duduk dan memberikan senyum terbaik pada pengguna jalan yang lewat. Tampak juga beberapa kumpulan pria dan pengendara bajaj yang duduk di situ sambil menikmati kopi panas di warung kecil. Semuanya terlihat tenang dan santai.

Sesekali mereka melihat ke bawah jembatan yang adalah aliran sungai yang telah meluap. Setelah itu semuanya larut dalam alunan dangdut. Ternyata banjir tidak benar-benar membuat mereka stres. (flo/jpnn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar