Rabu, 19 Desember 2012

Apa oleh-oleh Presiden SBY dari Malaysia?


Apa oleh-oleh Presiden SBY dari Malaysia?

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama dua hari berkunjung ke negeri jiran Malaysia dalam sebuah lawatan kenegaraan. Agenda utama kunjungan tersebut adalah konsultasi tahunan ke-9 antara kedua negara.

Dalam kunjungan tersebut, Presiden SBY juga menerima gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa Doctor of Philosophy in Leadership of Peace) yang dianugerahkan oleh Universitas Utara Malaysia.

Banyak pihak berharap, pertemuan SBY dengan Perdana Menteri Malaysia bisa meredakan ketegangan kedua negara yang dipicu oleh beberapa masalah yang terjadi belakangan. Seperti penghinaan yang dilakukan oleh politisi Malaysia, Zainudin Maidin kepada mantan Presiden RI BJ Habibie dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Presiden pun berjanji dalam kunjungannya ke Malaysia ini untuk membahas soal penghinaan terhadap BJ Habibie oleh politisi Malaysia.

"Saya akan angkat isu ini kepada Perdana Menteri malaysia dengan harapan ke depan kita saling menjaga perasaan, saling menghormati, dengan demikian tidak mengganggu banyak hal yang sebenarnya kita laksanakan dengan baiknya menyangkut kerja sama kemitraan dan persahabatan kedua negara," kata SBY usai menyaksikan film Habibie dan Ainun di Epicentrum Walk, Senin (17/12).

Apakah kedua kepala negara telah membahas masalah BJ Habibe dan Gus Dur? Hingga saat ini belum ada omongan dari kedua kepala negara terkait masalah tersebut. Kedua kepala negara baru mengumumkan tentang rencana kenaikan perdagangan kedua negara.

Kedua negara telah berkomitmen untuk menaikkan volume perdagangan bilateral menjadi USD 30 miliar (Rp 289 triliun) di tahun 2015 nanti. Meskipun terlihat ambisius, Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak, mengaku kedua negara optimis akan mencapai target tersebut. Pasalnya, kedua negara yang bertetanggaan tersebut masih tumbuh dengan optimal.

"Ini adalah target yang ambisius, menggambarkan keseriusan kedua pemerintahan untuk menempa kolaborasi ekonomi kedua negara," ujar dia saat melakukan konferensi pers dengan SBY di Malaysia seperti yang dikutip dari kantor berita Bernama, Rabu (19/12).

Najib yang juga menjabat sebagai Menteri Keuangan Malaysia mengatakan bahwa kedua belah pihak setuju untuk menghilangkan tarif-tarif yang menghambat kegiatan perdagangan antara Indonesia-Malaysia sehingga volume perdagangan bisa terakselerasi. "Jika kita bisa menghilangkan non-tariff barrier, tentu kita akan bisa meningkatkan perdagangan bilateral," ujar dia.

Presiden SBY untuk kesekian kalinya bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Mohd Najib Tun Razak. Namun meski sudah sering kali berkonsultasi secara bilateral, hal itu tidak membuat hubungan Indonesia-Malaysia semakin membaik. Ironis, kedua negara bertetangga ini justru terkesan saling 'memunggungi'.

Sejarah memang mencatat hubungan Indonesia dengan Malaysia mengalami pasang surut. Di era Presiden Soekarno, konfrontasi nyaris saja terjadi. Bahkan saat itu Soekarno mendengungkan 'Ganyang Malaysia' sebagai bentuk siap perang dengan negeri Jiran itu.

Hubungan bilateral sempat terjalin mesra di kedua negara, namun isu pencaplokan wilayah, klaim budaya, penyiksaan TKI hingga adu gengsi suporter di lapangan hijau seolah kembali memperuncing disharmoni di kedua negara.
[war]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar