Selasa, 13 November 2012

Lika liku karir 'Satria Bergitar' di pentas politik nasional


Lika liku karir 'Satria Bergitar' di pentas politik nasional

Dunia politik bukan hal baru bagi Bang Haji Rhoma Irama. Pria bernama asli Raden Oma Irama ini telah masuk dunia politik sejak zaman Orde Baru melalui bendera Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Penelusuran merdeka.com, Rhoma yang melejit lewat film 'Satria Bergitar' mulai aktif di dunia politik saat Pemilu 1977. Kala itu, Rhoma bergabung dengan partai kabah dan berhasil melambungkan PPP dengan memperoleh kenaikan signifikan suara pemilih. Pada Pemilu 1977 dan 1982, perolehan suara PPP naik secara signifikan. Saat menjadi juru kampanye, Rhoma Irama mampu menyedot jutaan umat.

Bahkan, kala itu Rhoma berhasil menggabungkan antara politik dan musik dangdut. Dalam setiap kampanye PPP, musik dangdut ditampilkan untuk menghibur peserta kampanye. Kampanye dengan hiburan musik dangdut dan musik-musik lain pun hingga saat ini masih berlangsung.

Pilihan Rhoma mendukung PPP ini berbuah pencekalan. Beberapa izin konsernya tidak dikeluarkan oleh Pemerintahan Orde Baru kala itu karena Rhoma dipandang sebagai ikon partai Ka'bah. Rhoma juga sempat dimusuhi oleh pemerintah lantaran ogah menerima tawaran masuk Golongan Karya (Golkar).

Pemerintah Orde Baru juga mencekal Rhoma dan melarang Raja Dangdut tersebut tampil di TVRI selama 11 tahun, mulai tahun 1977.

Dalam buku 'Dangdut Stories' karya Andrew M Weintraub, ketika kampanye untuk PPP, Rhoma memelesetkan lagunya yang sangat populer ketika itu, yaitu 'Begadang'. "Begadang jangan begadang, kalau tiada artinya, begadang boleh saja, kalau ada perlunya". Pelesetannya jadi; "Menusuk boleh menusuk, asal yang ada artinya, Menusuk boleh menusuk, Asal Kabah yang ditusuk".

Sejak itulah lagu-lagu Rhoma seperti Hak Azasi, Rupiah, Udang di Balik Batu, dilarang tampil di TVRI maupun RRI. Pelarangan itu makin mencuatkan popularitas Rhoma Irama. Dangdut pun sempat menjadi simbol perlawanan rezim Orde Baru.

Perlawanan Rhoma mengendor dan pada 1988, setelah 11 tahun absen dia kembali ke TVRI, tepatnya 8 Mei 1988. Saat itu, Rhoma membawakan lagu 'Judi' yang sampai saat ini masih masyhur.

Rhoma makin dekat dengan kekuasaan hingga kemudian bergabung dengan Golkar. Rhoma sempat terpilih sebagai anggota MPR mewakili utusan Golongan yakni mewakili seniman dan artis tahun 1992. Rhoma pun aktif menjadi juru kampanye Golkar termasuk pada Pemilu 1997.

Para penggemar di seatero Tanah Air mencerca, menghina dan mengata-ngatai Rhoma sebagai politikus kutu loncat. Bahkan, di beberapa wilayah di Jawa Timur, banyak kaset Rhoma dibakar lantaran pendukung PPP di sana kecewa atas kepindahan Rhoma ke Golkar.

Bagaimana sikap Rhoma menghadapi tudingan serta hinaan tersebut? Pria yang terkenal dengan sebutan 'satria bergitar' ini menjawab enteng.

"Saya memilih Golkar Lillahi Ta'ala, yakni untuk memperjuangkan kepentingan Islam dan umat. Saya masuk ke Golkar bukan sebagai kutu loncat. Prosesnya sudah puluhan tahun. Cuma baru sekarang saya dengan gamblang ikut Golkar," ungkapnya kepada wartawan saat itu seperti ditulis harian Kompas 29 April 1997.

Wartawan saat itu pun bertanya, apakah keputusannya masuk Golkar tidak mempengaruhinya sebagai musisi Dangdut, Rhoma menjawab, "Saya pikir penggemar saya akan mengerti perjuangan saya ini."

Pada Pemilu 2009, Rhoma kembali ke PPP. Itulah yang membuat dia sempat disebut sebagai kutu loncat karena berpindah-pindah partai politik. Tapi hingga detik ini, Rhoma masih berada di pangkuan partai ka'bah.

Bang Haji saat ini kembali menjadi perbincangan lantaran para ulama mendukungnya sebagai Capres 2014. Rhoma pun menyanggupinya, asal didukung oleh partai. Mampukah Bang Haji 'menggoyang' pentas politik di Pilpres 2014?
[war]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar